Liputan6.com, Jakarta - Kunjungan rombongan Pimpinan DPR ke Amerika Serikat (AS) dalam rangka menghadiri konferensi ketua parlemen dunia, di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akhir-akhir ini menjadi sorotan. Sebab, di sela-sela kegiatan itu, rombongan juga sempat menghadiri konferensi pers calon Presiden AS Donald Trump yang diduga sedang melakukan kampanye.
Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang memimpin rombongan pun dilaporkan ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) karena diduga melakukan pelanggaran kode etik.
Fadli Zon mengungkapkan, anggota DPR yang berangkat ke AS setidaknya berjumlah 12 orang. Selain dia dan Setya Novanto, ada pula Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsuddin, Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen Nurhayati Ali Assegaf, Ketua Badan Urusan Rumah Tangga Roem Kono, Wakil Ketua Komisi I Tantowi Yahya, Wakil Ketua Komisi VII Setya Yudha, Wakil Ketua Komisi V Michael Wattimena, Anggota Komisi VI Juliari Batubara, dan Anggota Komisi IV Robert Jopy. Namun, menurut Fadli, tidak semua anggota DPR itu mengikuti pertemuan dengan Donald Trump.
"Juliari dan Nurhayati tidak ikut (bertemu Donald Trump)," kata Fadli saat dihubungi, Selasa (8/9/2015).
Selain itu, Fadli menuturkan, ada pula 2 anggota DPR lainnya yang baru menyusul saat kunjungan ke Washington DC. Mereka adalah Anggota Komisi V Markus Nari dan Umar Arsal. Kedatangan rombongan DPR ke AS ini memang dijadwalkan mengunjungi 4 kota, yakni New York, Los Angeles, San Fransisco, dan Washington DC.
Rombongan yang berangkat tidak hanya anggota DPR, tetapi ada pula sejumlah staf dan ajudan. Namun Fadli mengaku tidak hafal jumlah dan nama-namanya. Jumlah rombongan pun menjadi semakin bertambah dengan ikut sertanya 3 orang istri dan 1 anak anggota DPR.
Menurut Fadli, anggota yang membawa istri yakni Setya Novanto, Roem Kono, dan Robert Joppy Kardinal.
Adapun yang membawa putranya, adalah Nurhayati Ali Assegaf. Namun Fadli menilai, mengajak serta sanak keluarga dalam kunjungan kerja anggota DPR seperti itu merupakan hal yang lumrah. Apalagi, anggota keluarga tersebut tidak ikut dibiayai negara.
"Tidak usah dibesar-besarkan. Mereka semua bayar masing-masing," tandas Fadli Zon.
Fadli malah menyindir balik kunjungan resmi Presiden Indonesia yang juga membawa serta anak dan istri. "Presiden malah bawa istri dan anak-anaknya pada kunjungan resmi juga," sindir dia.
Selain itu, Fadli juga meminta publik mengecek jumlah delegasi yang ikut dalam kunjungan resmi Presiden dan Wapres ke luar negeri. Hal itu agar polemik ini tak hanya ditimpakan ke para wakil rakyat saja. "Kunjungan Presiden dan Wakil Presiden, cek berapa jumlah delegasi, berapa tim advance, berapa biayanya, coba digali juga dong," pungkas Fadli Zon. (Mvi/Ein)