Sukses

Usulan Dirut Transjakarta Perbaiki Transportasi di Ibukota

Di DKI Jakarta, 17 juta kendaraan pribadi memenuhi jalan setiap harinya.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Kosasih mengungkapkan, pemerintah tidak akan rugi bila menggelontorkan dana besar untuk membangun transportasi massal. Namun, hal itu juga harus dibarengi dengan sistem angkutan umum berbayar rupiah per kilometer.

Kosasih mengatakan, jika mobilitas warga makin membaik dengan menggunakan transportasi umum, maka akan mengurangi biaya pembangunan itu sendiri. Belum lagi, dapat menguntungkan para pengusaha angkutan umum bila turut bergabung ke pemerintah dalam membenahi pelayanan angkutan umum.

"Kalau semua transportasi di Jakarta bisa dimanage dengan rupiah per kilometer. Pengusaha mendapat kepastian. Asal ikut aturan. Semua pasti untung. Termasuk sopir dan penumpang," kata Kosasih di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (10/9/2015).

Kosasih menambahkan, pelayanan angkutan umum tidak serta merta tergantung pada penuh atau tidaknya penumpang. Seharusnya, angkutan umum dapat menyesuaikan dengan jadwal yang diinginkan penumpang.

"Pelayanan angkutan umum itu bisa diatur dengan baik kalau sopir-sopir tidak lagi diwajibkan nyetor, tapi digaji. Pelayanan angkutan umum itu harusnya tidak tergantung penuh atau tidaknya penumpang. Tapi harus sesuai dengan jadwal yang diinginkan penumpang," ucap Kosasih.

Dia mengatakan, setiap hari terutama di DKI Jakarta, 17 juta kendaraan pribadi memenuhi jalan ibukota. Hal ini yang membuat kemacetan tetap terjadi.

Padahal menurut dia, akan lebih baik jika banyak angkutan umum yang terintegrasi. Sehingga memudahkan warga bermobilisasi tanpa menggunakan kendaraan pribadi.

"Kalau semakin banyak angkutan umun yang terintegrasi, tentu akan memudahkan orang untuk bermobilitas. Jumlah kendaraan pribadi bisa berkurang," tutur dia.

"Kalau sudah seperti ini, saya yakin orang jadi malas juga mau nyetir berjam-jam. Yang penting angkutan umumnya aman, nyaman, dan selamat," sambung Kosasih. (Mvi/Sun)