Liputan6.com, Jakarta - Pengamat politik yang juga Direktur Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti, mengkritisi sikap Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang tengah melakukan kunjungan ke Amerika Serikat. Dia tidak mengkritik agenda pertemuannya, tetapi jumlah personel yang hadir ke AS dan menghabiskan dana hampir Rp 4,6 miliar.
Menurut dia, dengan rombongan yang hampir 14 orang itu, seharusnya bisa dipangkas menjadi 4-5 orang saja. Selain itu, sikap Fadli bertentangan dengan pernyataannya yang selalu mengkritisi pemerintah dengan mengatakan Indonesia tengah dilanda krisis.
Baca Juga
"Saya bukan mempermasalahkan agendanya, tapi itu kunjungan kan bisa 4-5 orang. Tapi kenapa sampai 14 orang. Padahal Fadli Zon sering teriak tentang krisis. Coba kalau bisa dipangkas, ini kan hanya mencapai Rp 1,2 miliar," ujar Ray di Jakarta, Kamis (10/9/2015).
Advertisement
"Kan itu acaranya dari 31 Agustus sampai 2 September, kenapa balik tanggal 12 September? Berarti 10 hari molor. Mereka itu dibiayai oleh siapa? Apakah uang Rp 4 miliar itu bagian dari molornya? Atas dasar apa? Apakah itu untuk pertemuan agenda resmi atau bukan buat agenda kebangsaan. Itu patut dipertanyakan," imbuh dia.
Sementara itu, pengamat politik Jeirry Sumampow melihat apa yang dilakukan pimpinan DPR ke AS jelas menegaskan bahwa terjadi pemborosan anggaran.
"Kasus dan polemik Donald Trump semakin mengingatkan kita adanya pemborosan anggaran negara dengan kunjungan pimpinan DPR itu. Dan pengeluaran anggaran itu perlu diselidiki," tegas dia.
Jeirry juga menegaskan atas kunjungan DPR ke luar negeri itu semakin menguatkan argumen bahwa perjalanan para anggota parlemen sama sekali tidak ada manfaatnya bagi rakyat.
"Mereka selalu mengatakan sebagai perwakilan rakyat, tapi tidak mencerminkan sikap memihak rakyat. Ini jelas bahwa kunjungan DPR tidak pernah membawa manfaat," pungkas Jeirry. (Ado/Sun)