Liputan6.com, Jakarta - "Alhamdulillah..." Kalimat itu banyak meluncur dari mulut warga Pekanbaru, Riau, Senin sore 14 September 2015.
Hujan yang lama dinantikan akhirnya tiba juga. Hujan lebat yang mengguyur bumi Riau bak oase di tengah kabut asap yang memedihkan mata dan mengganggu pernapasan.
Hujan ini diharapkan mampu mengusir kabut asap yang menelan kota Pekanbaru dalam beberapa pekan terakhir.
Advertisement
"Alhamdulillah Ya Allah, Engkau telah menurunkan rahmat-Mu dengan hujan ini. Hanya Engkau yang bisa mengusir kabut asap pekat dari kota kami ini," kata Dodi Ferdian, warga Pekanbaru yang terjebak hujan di Kantor Reserse Kriminal Khusus Polda Riau.
Dodi mengaku sudah tak tahan lagi menghirup udara beracun karena kabut asap.
"Baru beberapa menit hujan turun, sudah bisa dirasakan dampaknya. Udara kembali mulai segar, kabut asap mulai tampak hilang dari udara. Semoga hujan ini berlangsung lama dan asap tak kembali lagi ke Riau," harap Dodi.
Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya menyatakan, mulai Senin, 14 September 2015 Provinsi Riau berstatus darurat asap. Penetapan ini dilakukan menyusul terus meningkatnya volume asap yang menyelimuti hampir seluruh wilayah di Provinsi Riau.
"Pagi tadi saya sudah berbicara dengan Gubernur dan jajaran Muspida Riau. Hari ini Provinsi Riau dinyatakan Darurat Asap. Gubernur Riau sudah membuka posko-posko kesehatan di tengah masyarakat," ujar Siti Nurbaya melalui pesan tertulis yang diterima Liputan6.com.
Menurut Siti, upaya pemadaman terus dilakukan dengan menggunakan pesawat water bombing (pengeboman air) dan cloud seeding (pembentukan awan hujan).
"Saat ini sudah ditumpahkan sebanyak 18 juta liter di Riau dan 12 juta liter di Sumsel untuk pengeboman air dan sudah ditaburkan garam untuk hujan buatan sebanyak 120 ton di Riau dan 56 ton di Sumsel dan Jambi," ujar Siti.
Sedangkan untuk memperkuat upaya penanganan kebakaran lahan dan hutan, pihaknya telah meminta peningkatan jumlah personel TNI untuk turun ke wilayah yang dipenuhi asap.
"Turut dikerahkan prajurit TNI sebanyak 1.050 orang di lapangan," tukas Siti.
Kepala BNPB Willem Rampangilei memastikan pemerintah terus memantau perkembangan proses pemadaman dan mengantisipasi meluasnya kebakaran tersebut.
"Pemerintah pusat terus mengikuti perkembangan Riau. Dan kabut asap datang terpantau dari selatan yaitu dari Jambi dan Sumsel. Saya mengikuti perkembangan jam demi jam soal kabut asap sampai ke Singapura," kata dia.
Kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan membuat jarak pandang di sejumlah kabupaten dan kota di Riau hanya hitungan meter. Di Pekanbaru, jarak pandang tidak sampai 50 meter.
Pantauan Liputan6.com, Senin 14 September 2015 sekitar pukul 09.00 WIB, gedung-gedung di pusat Kota Pekanbaru ‘hilang’ ditelan kabut asap. Salah satunya Kantor Gubernur Riau dan Walikota Pekanbaru di Jalan Jenderal Sudirman.
Semua pengguna jalan memakai masker. Pemakai sepeda motor dan mobil terpaksa menghidupkan lampu utama sebagai penerang jalan.
Sementara 2 alat Indeks Standar Pengukur Udara (ISPU) di Jalan Nangka dan Jalan Jenderal Sudirman sudah mengarah ke level berbahaya, dengan indeks pencemaran sudah di ambang batas.
Berdasarkan data BMKG, jarak sejumlah kabupaten di Riau pada hari ini hanya dalam hitungan meter. Selain di Pekanbaru, jarak pandang di Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu hanya 80 meter, Dumai 50 meter, dan Pelalawan 50 meter.
Kebakaran hutan dan lahan, tidak hanya terjadi di kawasan Sumatera, tapi juga melanda wilayah Kalimantan. Bahkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, ada 1.247 hotspot atau titik api yang mengepung wilayah tersebut.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, wilayah Sumatera dan Kalimantan masih dikepung asap kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan data hotpsot dari Satelit Modis pada Selasa 8 September 2015 pukul 17.00 WIB, terpantau 1.317 hotspot di Sumatera dan Kalimantan.
"Yaitu di Kalbar 346, Kalsel 102, Kalteng 744, Kaltim 55, Jambi 3, Babel 17, Lampung 3, dan Sumsel 47," ujar Sutopo.
Penerbangan Dibatalkan
Kabut asap membuat 70 penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru dibatalkan. Meski demikian, Otoritas Bandara belum mau menutup total aktivitas bandara.
"Tidak ada alasan menutup bandara kecuali dalam keadaan darurat. Pembatalan penerbangan diserahkan sepenuhnya kepada maskapai. Pihak bandara hanya memberitahukan tentang keadaan cuaca, apakah layak terbang atau tidak," kata Airport Duty Manager Bandara SSK II Ibnu Hasan, Senin 14 September 2015.
Ibnu menjelaskan, jarak pandang terbang untuk keberangkatan adalah 500 meter. Sementara kedatangan jarak pandangnya adalah 1.000 meter. Hal itu sudah diatur oleh Kementerian Perhubungan.
"Untuk sekarang, jarak pandang di lintasan bandara hanya 150 meter. Dari siang tadi hingga petang tak membaik. Bahkan di pagi tadi, jarak pandang hanya 50 meter," ungkap Ibnu.
Ibnu menjelaskan, maskapai yang membatalkan adalah Garuda, Lion Air, Sriwijaya Air, Air Asia, Citilink dan Batik Air.
"Hampir semua penerbangan, baik itu kedatangan maupun keberangkatan dibatalkan. Totalnya ada 70 penerbangan," tegas Ibnu.
Maskapai yang membatalkan penerbangan, sambung Ibnu, ada yang melakukan penjadwalan ulang dan ada pula yang mengembalikan uang tiket.
Ibnu menerangkan, sudah beberapa pekan ini jadwal penebangan terganggu akibat kabut asap. Minggu 13 September, penerbangan di Bandara SSK II juga dibatalkan.
"Kemarin ada yang dialihkan ke Malaysia karena kabut asap. Semalam, bandara buka hingga tengah malam, tapi tidak ada juga penerbangan," ujar Ibnu.
Pantauan di Bandara SSK II, ruang tunggu keberangkatan penumpang kosong. Calon penumpang terlihat mengular karena antre untuk mengembalikan tiket dan menjadwal penerbangan.
Antrean sudah terjadi sejak pukul 03.00 WIB. Setelah membatalkan penerbangan, calon penumpang yang tinggal di Pekanbaru pulang ke rumah. Sementara yang dari luar kota terpaksa menginap di hotel, sambil menunggu cuaca membaik.
Undang Keprihatinan
Bencana kabut asap mengundang keprihatinan mendalam sejumlah kalangan. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta jemaah calon haji untuk mendoakan Tanah Air yang kini tengah dirundung bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan.
"Jangan lupa doakan juga yang di Tanah Air, terutama bencana kabut asap," kata Lukman yang langsung disambut teriakan dari jemaah, "Iya, Pak. Aamiiiin."
Menteri Lukman yang ditemani 11 amirul hajj itu mengunjungi Pemondokan 801, Sektor 8 di Hotel Al Jawharah. Jarwal, Mekah, Arab Saudi pada Minggu malam 13 September 2015, sekitar pukul 21.00 waktu Arab Saudi.
Keprihatinan juga ditunjukkan sejumlah anggota masyarakat dengan tagar @MelawanAsap muncul dan menjadi perbincangan hangat di Twitter.
Pantauan Liputan6.com, Senin 14 September 2015, banyak pengguna internet (netizen) meminta pemerintah pusat dan daerah untuk segera menyelesaikan, serta menangkap pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab atas masalah kabut asap tersebut.
Bahkan juga ada yang menganggap, pemerintah kurang atau tidak peduli. Tagar #MelawanAsap berada di posisi puncak topik terpopuler di Twitter.
"Mafia pembakaran lahan di Riau/Sumatera & Kalimantan kapan ditangkap?? Masa kami yang menanggung ASAPnya #MelawanAsap," tulis pemilik akun @nicetambayong.
"Sesungguhnya ketidakpedulian pemerintah propinsi Jambi-Sumsel-Riau & pemerintah pusat terhadap kabut asap ini sudah ditingkat yang paling keji!! #MelawanAsap," kicau @yudapanjaitan.
Tetapkan Tersangka
Kasus kebakaran hutan dan lahan yang berujung pada bencana kabut asap di Sumatera dan Kalimantan terus diselidiki. Kini sudah 107 orang dijadikan tersangka atas kasus pembakaran hutan dan lahan.
"Tersangka sudah ada 107. Yang sudah dinyatakan lengkap penyidikannya ada 21 perkara dari Riau," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Suharsonbo di Mabes Polri, Jakarta, Senin 14 September 2015.
Suharsono mengatakan, sebanyak 68 perkara saat ini sudah masuk ranah penyidik sejumlah Polda. Di antaranya 13 perkara di Polda Riau, 16 perkara di Polda Sumatera Selatan, 28 perkara di Polda Kalimantan Tengah, Polda Kalimantan Barat 6 perkara, dan Polda Jambi 5 perkara.
Dia menuturkan, hingga saat ini tercatat ada sebanyak 1.205 titik api yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Dari sekian titik api tersebut, yang terbanyak berada di Sumatera Selatan.
Sementara jumlah personel yang diturunkan untuk membantu pemadaman api sebanyak 3.226 orang.
"Untuk wilayah yang mengalami kebakaran ada 52 kabupaten dari ke 5 wilayah yang tadi disampaikan," pungkas Suharsono.
Kepolisian Daerah (Polda) Riau terus memburu pelaku pembakar hutan dan lahan di Riau. Jumlah pelaku yang tertangkap sudah 40 orang. Semuanya sudah diproses di Polres jajaran Polda Riau.
Tak hanya perorangan, Kapolda Riau Brigjen Pol Dolly Bambang Hermawan juga menyebut pihaknya tengah mengusut 4 perusahaan yang diduga membakar lahan dengan sengaja.
"1 perusahaan di Pelalawan. Kasus ini sudah dinaikkan ke tahap penyidikan. Sementara 3 perusahaan masih dalam penyelidikan. 3 perusahaan ini berada di Kabupaten Indragiri Hulu," ungkap Dolly di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Senin (14/9/2015).
Dolly menegaskan, lahan perusahaan yang diduga sengaja dibakar disegel dan police line. Selain penyidik, tidak ada yang boleh masuk ke lahan perusahaan yang tengah diusut tersebut.
"Sudah dipatok lahannya. Diberi tulisan dalam rangka penyelidikan. Dengan demikian, tidak ada yang boleh masuk ke lahan tersebut, kecuali penyidik," ungkap Kapolda.
Di Pelalawan, perusahaan yang dalam penyidikan adalah PT Langgam Inti Hibrido. Perusahaan ini diduga sengaja membakar ratusan hektare lahan untuk membuka perkebunan.
Selain penyidikan, Polda Riau juga melakukan langkah antisipasi supaya masyarakat tidak membakar lahan. Polda sudah mengirim ratusan Brimob ke Kabupaten Kuantan Singingi, Pelalawan dan Indragiri Hulu.
"Sudah dikirim untuk mencegah terjadinya kebakaran dan menindak yang membakar," ungkap Dolly.
Bagi perusahaan yang terbukti membakar lahan, nantinya penyidik akan berkoordinasi dengan pihak terkait. Hal ini sebagai langkah menimbulkan efek jera bagi pembakar lahan.
Sekda Pemprov Sumsel Mukti Sulaiman mengatakan, sudah ada 7 Perusahaan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan 3 perusahaan di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) yang ditetapkan sebagai pelaku pembakaran hutan.
"Saat ini kita sedang melakukan penyelidikan dan penyidikan. Sudah akan dilimpahkan ke Kejaksaan. Berbagai barang bukti yang ditemukan yaitu tenda di hutan larangan di Kabupaten Muba, jeriken minyak tanah untuk pembakaran hutan," ujar Mukti kepada Liputan6.com di Palembang, Senin 14 September 2015.
Polisi, juga menyita sepeda motor dan tenda pelaku pembalakan kayu di hutan lindung Kabupaten Muba. Namun, pelaku kabur.
Menurut Mukti, para pelaku akan dijerat pasal berlapis, mulai dari soal lingkungan, perusakan hutan larangan, hingga pidana umum.
"Walau tidak membakar, kalau tidak menyiapkan alat-alat atau SOP penanganan kebakaran, akan dikenakan sanksi perdatanya juga dari KLH," jelas Kapolda Sumsel Irjen Iza Fadri. (Ron/Ans)