Liputan6.com, Jakarta - Ratusan warga Taiwan-Tiongkok ditangkap karena diduga melakukan kejahatan sibernetika bermodus Voice over IP (VoIP) atau teknologi percakapan suara jarak jauh melalui internet dengan sasaran korban warga negaranya sendiri dari kota-kota besar di Indonesia, Jakarta, dan Bandung. Hasil penyelidikan polisi, kegiatan kriminal berskala internasional ini didalangi organisasi kriminal terbesar di Jepang, Yakuza.
Hal itu diungkapkan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti berdasarkan hasil penyelidikan Polisi Taiwan dan Interpol.
"Polisi Taiwan dan Interpol mengadakan joint investigation untuk mengungkap pendana sindikat ini dan hasil penyelidikan mengarah pada Yakuza. Kami juga terlibat joint investigation, namun lebih ke pengungkapan kegiatannya," terang Krishna di ruangannya, Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (18/9/2015).
Krishna mengatakan, ciri-ciri organisasi kriminal internasional adalah kejahatannya terorganisir, pembagian tugas dalam melakukan aksinya sangat rapi dan jelas, lalu berkolaborasi dengan organisasi kriminal lokal untuk mempermudah kegiatan terlarangnya. Dalam kasus kejahatan VoIP yang diduga didanai Yakuza, Krishna mengatakan kriteria itu terpenuhi.
Kejahatan VoIP oleh warga Taiwan-Tiongkok sangat terorganisir dengan beberapa pelaku yang bertugas menyediakan sejumlah nomor telepon, daftar nama-nama korban dan nomor rekening para korban. Ia pun menjelaskan nantinya nomor-nomor telepon itu akan digunakan pelaku untuk menyamar sebagai polisi.
Sementara daftar korban merupakan orang-orang yang diyakini memiliki banyak uang. Lalu nomor rekening korban digunakan untuk menakut-nakuti korban dengan mengatakan ada sejumlah uang hasil pencucian di dalam rekening tersebut.
"Jadi data-data calon korbannya, nomor rekening korbannya sudah disediakan. Nantinya mereka akan ditelepon pelaku yang mengaku polisi dengan nomor yang sudah disediakan. Kemudian dituduh bahwa ada sejumlah uang di rekening korban yang merupakan hasil TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang)," papar Krishna.
"Korban yang merasa ketakutan dan percaya bahwa yang menelpon itu polisi akan kebingungan. Lalu pelaku bilang kalau mau dibantu, pelaku akan membantu dengan cara korban mentransfer sejumlah uang," imbuh dia.
Kejahatan VoIP, kata Krishna, menjadi salah satu kegiatan melawan hukum yang mendapat atensi khusus dari kepolisian setempat. Karena akibat dari kejahatan ini, ratusan juta yuan uang korban hilang entah ke mana dan pelakunya pun sulit dilacak.
"Kejahatan ini menjadi perhatian kepolisian Taiwan dan Tiongkok karena merugikan masyarakat ratusan juta yuan, dan mereka tidak tahu keberadaan para pelakunya," jelas Krishna.
Di Jepang, Yakuza memiliki kontrol atas industri hiburan, banyak lembaga pencari bakat memiliki hubungan Yakuza dan memerintah kerajaan mereka tanpa ampun. Kepala Badan Kepolisian Nasional 31 Agustus 2011 dengan terbuka menyatakan: "Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk membantu industri hiburan untuk memotong hubungan mereka dengan kejahatan terorganisir."
Yamaguchi-gumi bahkan telah dikaitkan dengan pendanaan girl band super imut remaja Jepang. Manajemen band belum berkomentar secara terbuka tentang artikel yang pernah ditulis majalah mingguan Jepang.
Mereka memiliki tangan besar dalam konstruksi, real estate, pertukaran mata uang, pengiriman tenaga kerja, dan IT dan industri keuangan, menurut Badan Kepolisian Nasional. Menurut laporan media Jepang dan Inggris dan buku yang ditulis Tomohiko Suzuki Yakuza dan Industri Nuklir, mereka juga menyediakan banyak tenaga kerja untuk industri nuklir Jepang dan memiliki pengaruh dalam pembersihan dari bencana Fukushima. (Mut)
Jejak Kejahatan Yakuza di Indonesia
Hasil penyelidikan polisi, kegiatan kriminal berskala internasional di Indonesia didalangi organisasi kriminal terbesar di Jepang, Yakuza.
Advertisement