Sukses

Mendaulat Adhyaksa Dault, Menantang Ahok

Adhyaksa Dault menyatakan tak akan setengah-setengah ketika mendapat kepercayaan untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

Liputan6.com, Jakarta - Suara Adhyaksa Dault bergetar. Menteri Pemuda dan Olahraga era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY itu pun terisak dan berkaca-kaca matanya saat didaulat menjadi bakal calon Gubernur DKI Jakarta 2017.

Adhyaksa didaulat oleh wadah para tokoh publik dan masyarakat yang menamakan diri Forum Peduli Jakarta (FPJ). Lelaki yang kini genap 52 tahun itu pun menyatakan siap menjalani amanah tersebut walau pun dirasa berat.

"Sebenarnya berat dengan amanah ini. Tapi karena permintaan dari ustaz, saya terima pendaulatan ini. Dengan catatan kalau ada yang lebih baik dari saya, saya ikhlas memberikan kepada calon lain," ucap Adhyaksa saat pendaulatan yang dihelat di hotel bintang 4 kawasan Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Minggu 20 September 2015.

Dia menegaskan tak akan setengah-setengah ketika mendapat kepercayaan untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. "Kalau saya diberikan kepercayaan saya tidak setengah-setengah. Kalau kita mau maju berarti kita harus lebih baik dari Pak Ahok," kata dia.

Adhyaksa berjanji akan menapaki jalan yang bersih jika terpilih menjadi Gubernur DKI. "Saya berpegang teguh dengan tali Allah, saya ikhlas. Sejak umur 4 tahun saya di Jakarta. Saya pertaruhkan semua di akhirat," tutur dia terisak dengan mata berkaca-kaca.

Adhyaksa Dault didaulat menjadi bakal calon Gubernur DKI Jakarta 2017 oleh wadah para tokoh publik dan masyarakat, Forum Peduli Jakarta.

Pilihan Kendaraan Politik

Namun ia belum memutuskan dari partai politik mana akan maju atau akan melalui jalur independen. Menurut Adhyaksa, hari ini baru pada pendaulatan dirinya oleh sejumlah kelompok masyarakat untuk menjadi cagub DKI Jakarta.

"Hari baru pendaulatan. Semuanya tergantung tim, kalau ada partai yang ingin mengusung silakan, kalau maju lewat jalur independen silakan," tukas Adhyaksa.

Pantauan Liputan6.com, acara yang mendaulat Adhyaksa sebagai bakal cagub DKI ini turut dihadiri oleh mantan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, mantan Cagub DKI Jakarta 2012-2017 Mayjen (Purn) TNI Hendardji Soepandji, anggota Komisi III DPR Tjatur Sapto Edy, dan eks Menteri Pertanian Suswono.

Tampak pula pengamat politik Yudi Latif, lalu hadir juga beberapa figur publik di antaranya Cici Paramida, Olivia Zalianty, dan Siti KDI, Mark Sungkar.

Seorang inisiator FPJ, KH Wahfiuddin mengklaim, warga Jakarta mendukung Adhyaksa bukan lantaran hanya populis. Tetapi karena pria berkumis itu memiliki rekam jejak yang tak perlu diragukan.

Wahfiuddin menjelaskan, sosok Adhyaksa adalah pemimpin alternatif yang komplit sebagai Gubernur. "Selain memiliki rekam jejak yang bersih, Adhyaksa juga sosok yang bisa menjadi panutan dan contoh bagi generasi muda."

Selain itu, menurut Wahfiuddin, kemampuan Adhyaksa mengelola sebuah organisasi dengan baik menjadi modal pria asal Donggala, Sulawesi Tengah itu untuk mengatur DKI Jakarta.

"Sebagai mantan Ketum KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) dan Menpora, ia juga memiliki pengalaman organisasi dan birokasi tingkat nasional yang mumpuni," pungkas Wahfiuddin.

2 dari 3 halaman

Mendulang Dukungan

Tak sedikit yang mendukung pencalonan Adhyaksa sebagai gubernur di Ibukota. Di antaranya mantan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel. Buat dia, Adhyaksa memiliki cukup modal untuk bisa bersaing dengan Gubernur DKI Jakarta saat ini yang juga berencana maju di Pilkada DKI 2017, Ahok.

"Lihat foto beliau di depan, dengan kumis, ya sudah pas. Ditambah kacamata, layak sudah menjadi Gubernur DKI Jakarta. Penampilannya sudah pas," kata Gobel di acara pendaulatan Adhyaksa, Jakarta, Minggu 20 September 2015.

Walau mendulang dukungan, Adhyaksa menampik jika langkahnya ini disebut sebagai upaya melawan Gubernur DKI Jakarta saat ini, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Mantan Menpora Adhyaksa Dault. (Liputan6.com/Faisal R Syam)

"Tidak ada kata melawan Ahok. Saya katakan kepada tim dan semua, cara mendapatkannya (kursi Gubernur DKI) jangan gunakan praktik menjelekkan, jangan ada kata-kata menjelekkan," ujar Adhyaksa.

Bahkan Adhyaksa tak segan memuji kinerja Ahok. Menurut dia, sejauh ini mantan Bupati Belitung Timur itu sudah mengambil kebijakan yang baik bagi Ibukota. "Pak Ahok sudah bagus, lantangnya oke. Pak Ahok juga sudah melakukan terobosan, dengan good governance," puji Adhyaksa.

Namun Ahok dinilai masih harus memperbaiki kepemimpinannya. Khususnya soal komunikasi dengan pihak legislatif. "Pak Ahok itu memang sudah melakukan terobosan, cuma komunikasi yang perlu disempurnakan. Saya tidak bilang kurang baik, tapi belum disempurnakan," tandas Adhyaksa.

Bukan DKI 2

Hanya saja, Adhyaksa mengaku belum ada pembicaraan menjadi pendamping Ahok dalam Pilkada DKI 2017. Namun, dia menegaskan tak ingin menjadi orang nomor 2. Sebab, langkahnya menuju DKI 1 bukan berdasarkan mencari kekuasaan.

"Belum ada pembicaraan ke sana. Tidak ada seandai-andainya. Enggak ada seandainya. Saya bukan mencari kekuasaan kalau untuk jadi orang kedua. Udah cukup kekuasaan itu. Kalau amanah, maju nomor satu. Kalau enggak, ya enggak usah. Ngapain, enggak nyari duit," pungkas Adhyaksa.

Boleh dibilang, sejumlah nama bermunculan dan digaungkan bakal meramaikan Pilkada DKI Jakarta 2017 melawan Gubernur saat ini, Ahok. Mulai dari Walikota Bandung Ridwan Kamil, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, pengusaha yang kini berpolitik Sandiaga Uno hingga yang terbaru, Adhyaksa.

3 dari 3 halaman

Langkah Ahok

Sebelumnya, Ahok menanggapi santai langkah politik yang dilakukan Sandiaga Uno. Bagi Ahok, lebih banyak orang yang menyatakan diri maju pada Pilkada DKI lebih awal justru semakin baik.

"Bagus. Itu yang saya bilang Jakarta itu harus banyak orang mau menyatakan diri maju gubernur," kata Ahok di Balaikota, Jakarta, Kamis 17 September 2015.

Ahok mengatakan, semakin awal orang menyatakan diri maju tentu akan semakin memberikan waktu banyak kepada warga DKI menilai calon itu. Ide-ide pembangunan Jakarta tentu sudah muncul sejak awal memproklamirkan diri.

Ahok (Liputan6.com/Yoppy Renato)

"Orang Jakarta akan menilai, kalau jadi gubernur, dia punya program apa. Apa yang pengen dia perbaiki, apa yang belum Ahok kerjakan, ada enggak ide lebih bagus lebih hebat dari yang Ahok lakukan," jelas Ahok.

Relawan Galang Dukungan

Tak hanya kesiapan program. Ahok juga mendapat dukungan dari relawan. Para relawan yang mengatasnamakan Teman Ahok bahkan membuka sejumlah posko pengumpulan fotokopi KTP untuk mendukung Ahok menjadi calon gubernur DKI Jakarta pada 2017 melalui jalur independen di beberapa mal di Ibukota.

Pengumpulan KTP ini dilakukan sebagai syarat bagi pasangan cagub dan cawagub, agar dapat lolos melalui jalur independen pada Pilkada serentak DKI Jakarta.

Sigit, seorang penanggung jawab Posko Teman Ahok mengatakan, pendirian posko pengumpulan KTP tersebut mulai dilakukan sejak 16 Juli 2015 lalu. Saat ini baru ada posko yang didirikan di 4 mal besar di Jakarta.

"Saat ini baru 4, itu ada di sini (Mal Ambasador), Emporium Pluit, ITC Cempaka Mas dan Citra Land. Targetnya nanti akan ada 150 posko seperti ini yang akan dibuat oleh Teman Ahok," ujar Sigit saat ditemui Liputan6.com di Mal Ambasador, Jakarta Pusat, Sabtu 25 Juli 2015.

Untuk maju melalui jalur independen, setidaknya Ahok membutuhkan dukungan dari 750 ribu warga Jakarta. Agar aman, Ahok butuh 1 juta dukungan yang harus dikumpulkan sampai Juli 2016 atau dalam waktu 12 bulan. Waktu tersebut ditetapkan lantaran jadwal Pilkada DKI Jakarta dimajukan ke Februari 2016.

Warga menunjukan stiker untuk memberikan dukungan untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama di salah satu mal, Jakarta, (25/7/2015). Teman Ahok adalah nama sekumpulan relawan yang berasal dari berbagai kalangan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Nasdem Melirik Ahok

Hingga kini Ahok belum memiliki kendaraan politik untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Partai Nasdem pun mulai melirik mantan politikus Partai Golkar dan Gerindra tersebut.

"Nasdem partai yang terbuka untuk anak bangsa yang punya potensi untuk maju, termasuk Ahok," ucap Sekjen Nasdem Rio Capella kepada Liputan6.com di Jakarta, Minggu 20 September 2015.

Rio mengakui kalau Ahok merupakan tokoh muda yang memiliki kemampuan. Namun, Nasdem tidak akan serta-merta memberikan dukungan. Gubernur DKI Jakarta itu tetap harus melawati proses fit and proper test.

Anggota Komisi III DPR ini juga memastikan dukungan yang diberikan murni demi kepentingan bangsa dan negara. Ahok tidak akan dimintai mahar apa pun. "Nasdem dalam mengusung pasangan calon memang tidak mensyaratkan itu (mahar)." (Ans/Nda)