Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo meminta agar perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia saat ini tidak disamakan dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1998 lalu. Jokowi meminta agar guncangan perekonomian saat ini tidak disebut sebagai krisis ekonomi. ‎‎
"‎Kita sedang menghadapai perlambatan ekonomi, hati-hati jangan bilang krisis ekonomi. Dari tahun lalu 5,01 sekarang 4,7 persen. Tapi ingat, kita masih menjadi 5 besar (negara yang mampu bertahan dari krisis)," ujar Presiden Jokowi di Jakarta Pusat, Senin (21/9/2015). ‎
Menurut Jokowi, salah satu faktor yang turut andil memperlambat laju pertumbuhan ekonomi adalah besarnya nilai impor dalam perdagangan di Indonesia. Presiden mengatakan, konsumsi impor Indonesia sangat tinggi, termasuk konsumsi warga terhadap produk mewah.
"Sepatu kalau enggak impor enggak senang. Tas ibu-ibu kalau ndak impor malu memamerkan. Jam kalau ndak impor, impor pun yang mahal," sindir Presiden.
Mendengar pidato tersebut, beberapa peserta Rapat Konsolidasi Pemenangan Pilkada 2015 Partai Nasdem tampak memegang jam tangan yang dikenakan. Hal itu rupanya sempat diamati Presiden. ‎"Enggak usah nengok-nengok tanganlah. ‎Sekarang enggak apa-apa (pakai barang impor), tapi besok jangan," tandas Jokowi. ‎
Dia menilai, jika jumlah impor berkurang maka produksi dalam negeri akan meningkat. Imbasnya, perekonomian akan meningkat karena tingginya tingkat produksi di dalam negeri. ‎
"Inilah yang mengondisikan produk kita. Kita ini negara besar. Kalau produk kita, kita pakai, rampung. Karena pasar kita di dalam negeri besar sekali," ujar Jokowi.‎ (Sun/Rmn/Sar)
Jokowi Sebut Pemakai Barang Impor Penyebab Melemahnya Ekonomi
Mendengar pidato tersebut, beberapa peserta Rapat Konsolidasi Pemenangan Pilkada 2015 Partai Nasdem tampak memegang jam yang dikenakan.
Advertisement