Sukses

Jelang Puncak Haji, Jemaah Tarwiyah 'Risti' Rawan Tumbang

Jemaah tarwiyah risti akan mengalami kelelahan yang luar biasa sebelum menghadapi puncak haji, yakni wukuf di Padang Arafah.

Liputan6.com, Mekah - Pemerintah meminta Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) memperhatikan jemaah haji risiko tinggi (risti) yang mengikuti ibadah sunah tarwiyah. Alasannya, jemaah tarwiyah risti akan mengalami kelelahan yang luar biasa sebelum menghadapi puncak haji, yakni wukuf di Padang Arafah.

"Jangan hanya karena punya pandangan tarwiyah adalah sunah yang perlu dilakukan saat haji, namun KBIH lalai memperhatikan jemaah risti," ucap Penanggung Jawab Satuan Operasional Arafah Nurul Badruttamam kepada Liputan6.com, di Mekah, Arab Saudi, Selasa (22/9/2015) dini hari waktu setempat.

Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan ibadah haji tahun-tahun sebelumnya, umumnya jemaah haji yang bertumbangan di Arafah adalah jemaah risti yang mengikuti wukuf di Arafah.

Stamina dan kondisi kesehatan jemaah tarwiyah risti akan cepat menurun saat mengikuti proses tarwiyah. Apalagi, suhu udara panas di Mekah yang masuk dalam kategori ekstrem saat ini.

Nurul yang juga Kepala Daerah Kerja Bandara Jeddah-Madinah PPIH Arab Saudi menjelaskan, pemerintah tidak memprogramkan tarwiyah menjadi bagian dalam tahapan prosesi haji di Tanah Suci.

Selain karena pertimbangan kesehatan dan keselamatan jamaah, imbuh Nurul, proses tarwiyah mengharuskan jemaah mengeluarkan uang tambahan yang cukup mahal. Menurut penghitungan kasar, kebutuhan penyewaan bus dan akomodasi jemaah tarwiyah, setiap calon haji setidaknya harus merogoh kocek sekitar 50 riyal Arab Saudi (SAR) atau senilai Rp 193 ribu.

"Kenyataannya, jemaah harus mengeluarkan uang lebih dari itu. Ini kan bisa membuka peluang kecurigaan motif materi di balik pelaksanaan tarwiyah," ujar Nurul.

Tarwiyah Pilihan Mandiri

Dia menambahkan, pemerintah memang tidak melarang sekaligus tidak memfasilitasi jemaah tarwiyah. Artinya, tarwiyah menjadi pilihan mandiri bagi setiap anggota jemaah haji.

Namun demikian, melihat kenyataan banyaknya jdmaah tarwiyah risti yang wafat saat di Arafah, seharusnya KBIH lebih mendorong agar jemaah mengutamakan persiapan fisik menghadapi wukuf.

"Karena wukuf itu rukun, sedangkan tarwiyah sunah. Jangan salah prioritas yang akhirnya merugikan jemaah. Coba saja nanti Anda lihat jemaah tarwiyah yang risti itu banyak bertumbangan di Arafah," kata Nurul.

Dede, salah satu jemaah asal Yogyakarta yang berangkat tarwiyah pada Selasa dini hari menyatakan, dia dan sang istri membayar 700 SAR untuk keperluan tarwiyah. Dia tidak tahu perincian penggunaan uang itu.

"Ya, semua memang bayarnya segitu karena ini kan enggak difasilitasi pemerintah. Mandiri masing-masing jemaah bayar 350 riyal," kata Dede.

Baidowi, jemaah tarwiyah lainnya mengaku hanya membayar 200 SAR untuk mengikuti tarwiyah. "Bayar untuk bus dan konsumsi nanti di Mina."

Jumlah Peserta Menurun

Tarwiyah adalah ibadah sunah yang dilakukan pada hari kedelapan Zulhijah. Setelah berihram dari pemondokan, jemaah menuju Mina untuk bermalam di sana (mabit) kemudian baru melanjutkan perjalanan ke Arafah pada 9 Zulhijah selepas subuh.

Adapun dalam prosesi haji yang diselenggarakan pemerintah, jemaah haji langsung menuju Arafah setelah berihram dari pemondokan. "Tanpa mabit di Mina," tukas Nurul.

Kepala Bidang Bimbingan Ibadah dan Pengawasan KBIH PPIH Arab Saudi Ali Rokhmad menerangkan, tahun ini ada 12.434 anggota jemaah haji Indonesia yang terdata menunaikan tarwiyah. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan jemaah yang melakukan tarwiyah pada tahun sebelumnya sebanyak 13.358 orang. (Ans/Mut)

Video Terkini