Liputan6.com, Jakarta - Kepala Daerah Operasi I Jakarta PT Kereta Api Indonesia (KAI) Apriyono mengatakan, 10 as roda patah akibat tabrakan 2 KRLÂ rute Kota-Bogor di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, Rabu sore tadi. Kerusakan tersebut terjadi pada as roda KRL 1154 dan KRL 1156 yang menabrak dari belakang.
"Kesepuluh as roda tersebut berada di gerbong 7,8,10 KRL yang berada di depan (KRL 1154), dan gerbong 1,4,5,7 di KRL yang di belakang (KRL 1156)," ucap Apriyono di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, Rabu (23/9/2015).
Apriyono melanjutkan bahwa akan ada kereta bantuan untuk masuk ke Stasiun Juanda dan menarik kedua KRL yang terlibat kecelakaan itu menuju Stasiun Manggarai. 2 Rangkaian KRLÂ itu selanjutnya akan diarahkan menuju depo di Bukit Duri, Jakarta Selatan.
Advertisement
"Iya nanti malam semoga bisa dievakuasi. Jangan sampai mengganggu besok karena sudah harus berjalan lagi (operasi KRL)," tambah Apriyono.
Proses perbaikan kereta saat ini terus berlangsung. Penghubung gerbong keenam di KRL yang tertabrak, sudah dapat dilepaskan. Sedangkan ruang masinis KRL No kereta 1156 yang menabrak belum dilakukan perbaikan.
Garis polisi juga masih terpasang di ruang bawah Stasiun Juanda hingga peron tempat terjadinya tabrakan kereta tersebut. Pengawalan Polisi Khusus Kereta Api atau Polsuska diperketat di ruangan bawah. Hanya media dan petugas yang dapat masuk ke lokasi kejadian.
Masinis Mengantuk?
Kecelakaan kereta rel listrik (KRL) terjadi di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat. Tabrakan yang melibatkan KRL 1154 dan KRL 1156 itu terjadi sekitar pukul 15.12 WIB.
Salah satu korban Rahmat (35) yang naik KRL Commuter Line Jakarta Kota-Bogor, KA 1156, terempas setelah kereta tersebut menabrak kereta yang ada di depannya, yakni KA 1154 yang berada di dekat Stasiun Juanda.
Akibat guncangan yang sangat kencang itu, Rahmat dibawa ke Rumah Sakit Husada, Mangga Besar, Jakarta Pusat dan tidak sadarkan diri hingga 3 jam.
Saat ditemui di RS Husada, Rahmat menceritakan detik-detik sebelum keretanya menabrak kereta yang sedang sedang berhenti depan. Rahmat naik kereta dari Stasiun Jakarta Kota menuju ke Stasiun Bojong Gede, untuk menemui istrinya. Beberapa saat setelah naik kereta tersebut, Rahmat merasa ada yang aneh.
"Biasanya, di jalur ini dari Jakarta Kota, kan ada nanjak, itu yang naik ke jalan layang. Biasanya kereta di sana jalannya pelan. Nah, tadi tuh langsung kencang saja. Enggak tahu deh kenapa, tahu-tahu kencang saja. Dari stasiun sebelum Juanda, Stasiun Sawah Besar, juga kencang. Pokoknya sampai nabrak itu kencang, enggak ada ngeremnya," kata Rahmat kepada Liputan6.com, Rabu (23/9/2015) malam.
Sempat ada kepanikan dari petugas kereta yang disaksikan oleh Rahmat. Dari obrolan sejumlah petugas kereta yang berkeliling di gerbong tempat Rahmat duduk, yakni gerbong ke-9 dari 10 gerbong, ada kalimat yang menyebutkan masinis sedang mengantuk.
"Saya dengar, mekaniknya bilang, masinisnya lagi ngantuk. Enggak lama habis itu, tahu-tahu keretanya nabrak, guncangannya kencang, terus saya pingsan," cerita Rahmat.
Ketika kereta yang ditumpanginya menabrak KRL 1154, Rahmat terpental dari posisinya yang sedang duduk ke arah depan. Dari sana, Rahmat tidak sadarkan diri selama kurang lebih tiga jam. Rahmat bersama beberapa korban luka lainnya langsung dilarikan ke RS Husada. Pukul 19.45 WIB, Rahmat sudah sadarkan diri dan sudah diperbolehkan untuk pulang.
Meski sudah diizinkan pulang, Rahmat yang merasa sakit di bagian perut masih bertahan di rumah sakit. Saat dia pingsan, dia kehilangan harta bendanya, termasuk telepon genggam dan dompet. Rahmat berniat menunggu perwakilan PT KAI untuk meminta ongkos pulang sebagai biaya ganti rugi.
"Mana saya baru gajian pula, hilang sudah uang Rp 3 juta di dompet. Saya mau minta ganti rugi karena pas pingsan semua barang saya diambil orang," ujar Rahmat.
Rahmat masih menunggu kejelasan dari PT KAI. Untuk biaya pengobatan sendiri, semua korban luka tabrakan kereta, termasuk Rahmat, ditanggung oleh asuransi PT Jasa Raharja. (Ans/Ado)
Advertisement