Sukses

Cerita Bung Karno Merimbunkan Padang Arafah

Kini 'pohon Sukarno' tumbuh dengan rimbun di berbagai sudut kota di Arab Saudi, baik di Mekah, Madinah, maupun Jeddah.

Liputan6.com, Mekah - Lautan jemaah haji memenuhi Padang Arafah, Mekah, Arab Saudi pada 9 Zulhijah 1436 Hijriah atau Rabu 23 September 2015. Prosesi wukuf pun usai diikuti 2 juta anggota jemaah dari seluruh dunia di Padang Arafah, termasuk 168 ribu orang dari Indonesia.

Jemaah haji kemudian bergerak menuju Muzdalifah dan Mina. Mereka bermalam di Mina untuk selanjutnya melangsungkan prosesi melontar jumrah. Setelah itu mereka melakukan tawaf ifadah di Masjidil Haram serta sai, yaitu berlari kecil antara bukit Safa dan Marwah sebanyak 7 kali yang ditutup dengan tahalul.

Namun seperti disabdakan Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits: "Al-Hajju Arafah", haji adalah wukuf di Arafah.

"Wukuf di Arafah atau berdiam diri di Arafah, yang sekarang ini kita lakukan, merupakan salah satu rukun haji yang tidak boleh ditinggalkan. Semua jemaah harus hadir di tempat ini untuk berwukuf," ucap Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin ketika memberikan sambutan pada prosesi wukuf di Padang Arafah, Mekah, Arab Saudi, Rabu (23/9/2015).

Di Padang Arafah, kini lebih dari 2 juta jemaah berkumpul untuk melaksanakan wukuf.

Arafah, padang pasir yang terletak sekitar 25 kilometer di timur Kota Mekah adalah simbolisasi Padang Masyar, tempat pengadilan manusia kelak.

Padang Arafah juga memiliki suhu udara yang sangat panas. Bahkan saat ini suhu mencapai 47-48 derajat Celsius. Tak pelak jemaah yang sedang wukuf di sana akan merasa kepanasan yang menyengat, sehingga tidak sedikit yang cepat keletihan saat berada di situ. Kendati, saat ini tersedia tenda berikut water cooler.

Di luar musim haji, Padang Arafah sangat gersang dan nyaris hanya sedikit terdapat bangunan karena memang sehari-hari nyaris tidak ada manusia yang singgah ke sana.

Namun di beberapa lokasi Padang Arafah yang seluas 240 ribu meter persegi atau 5,5 × 3,5 kilometer itu, terdapat rimbunan pohon yang seringkali dijadikan tempat berteduh bagi warga yang ada di sana.

2 dari 2 halaman

Ide Bung Karno

Seperti dikutip dari laman kemenag.go.id, Kamis (24/9/2015), sejumlah masyarakat yang sudah seringkali datang ke Arafah sebagai petugas haji Indonesia mengatakan bahwa pohon-pohon yang merindangkan beberapa lokasi Arafah dinamakan 'pohon Sukarno'. Sebab, pohon itu yang mengusulkan agar ditanam di sana adalah Presiden pertama RI Sukarno.

Pohon sejenis pohon mindi (Melia azedarach) ini memang dibawa oleh Sukarno saat melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci -- sekitar awal dekade 1960-an.

Bukan hanya Proklamator, ternyata Soekarno juga berkontribusi lain bagi Indonesia.

Sebagai tokoh yang saat itu berpengaruh di negara-negara anggota Gerakan Nonblok, Bung Karno dengan mudah menawarkan ide penanaman pohon ini kepada kalangan masyarakat Arab yang dikenal keras dan teguh dalam pendirian.

Tak cukup mengirimkan ribuan bibit pohon, Bung Karno juga mengirimkan ahli tanaman dari Indonesia untuk mengembangbiakkan tanaman yang memang cocok tumbuh di daerah tandus tersebut.

Kini 'pohon Sukarno' tumbuh dengan rimbun di berbagai sudut kota di Arab Saudi, baik di Mekah, Madinah, maupun Jeddah.

Khusus di kawasan Padang Arafah, 'pohon Sukarno ini telah memenuhi sebagian besar Padang Arafah, sehingga selain merindangkan padang itu, juga untuk menghijaukan Arafah.

Dengan tinggi rata-rata 2 hingga 3 meter, pohon ini berdiri di sepanjang jalan-jalan utama Padang Arafah. Pohon dengan banyak manfaat ini juga tumbuh di lokasi-lokasi yang akan ditempati tenda-tenda jemaah haji dari seluruh dunia untuk melaksanakan prosesi wukuf.

Boleh dibilang, keberadaan pohon-pohon ini sangat membantu menguranggi suhu panas saat jemaah haji melaksanakan wukuf. Pemerintah Arab Saudi memang secara khusus memelihara keberadaan 'pohon Sukarno' ini. Di Arafah bahkan ada saluran air khusus yang ditanam dalam tanah untuk menyirami setiap batang 'pohon Sukarno.

Pohon Tangguh

Keberadaan Pohon Soekarno di Arafah memang diakui sejumlah orang yang berkunjung maupun sedang bekerja di lokasi itu merasakannya manfaatnya. Menjelang puncak haji biasanya banyak pekerja yang datang ke Arafah untuk mempersiapkan berbagai keperluan jamaah atau hanya sekedar membersihkan ilalang yang tumbuh sumbur di lokasi yang bakal ditempat jamaah saat wukuf.

Sekalipun pohon itu mendapat perawatan seperti dengan disiram air, tapi ketangguhan pohon itu tidak mati karena panas. Hal ini jelas membuat banyak orang yang kagum dengan ketangguhan pohon tersebut.

Pastinya jemaah Indonesia bisa berbangga diri dengan adanya 'pohon Sukarno' yang banyak dikenal oleh penduduk Arab Saudi itu.

Di Indonesia sendiri kedua tanaman itu memiliki beberapa fungsi. Tanaman yang digunakan untuk penghijauan lahan kritis itu juga dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bangunan dan kayu bakar. Daunnya bermanfaat untuk bahan baku pestisida organik dan sebagai obat bagi kesehatan. (Ans/Ado)