Liputan6.com, Jakarta - Manajemen Masjid Istiqlal mengubah mekanisme distribusi daging kurban saat perayaan Iduladha. Cara ini sudah dilakukan sejak 2014. Hal ini untuk menghindari kericuhan saat pembagian daging kurban, seperti beberapa tahun sebelumnya.
‎"Mekanisme distribusi mulai tahun kemarin sudah kami ubah. Jadi jemaah tidak lagi mengantre jatah 1 bungkus daging kurban ke Masjid Istiqlal. Tetapi pihak Istiqlal yang akan mengantarkannya ke mustahik (orang yang berhak menerima daging kurban) hingga ke rumahnya. Artinya door to door," ujar Kepala Humas Masjid Istiqlal Abu Hurairah di kantornya, ‎Rabu 23 September 2015.
‎Abu menjelaskan, pihaknya telah membagi petugas-petugas distribusi ke dalam 5 rayon di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Petugas-petugas tersebut kemudian membagikan ke rumah-rumah warga yang telah didata sebelumnya.
Advertisement
"Jadi misalnya daerah Juanda, Pasar Baru, dan sekitarnya itu satu rayon, Senen, Al Muslimin, dan sekitarnya juga satu rayon, Tanah Abang satu rayon, Kemayoran satu rayon. Jadi kami langsung berikan ke (petugas) rayon‎ dan mereka yang mendistribusikan ke rumah-rumah," tutur dia.
Petugas-petugas rayon tersebut sebelumnya telah mendata secara lengkap para mustahik yang akan menerima daging kurban itu. ‎Mereka kemudian menyetorkan proposal ke Masjid Istiqlal untuk disetujui.
‎"Mereka rayon-rayon itu menyerahkan proposal ke kami. Proposal itu lengkap nama dan alamat mereka (mustahik). Tapi kami tetap prioritaskan masyarakat yang dekat dengan Istiqlal. Kalau mereka sudah dapat, baru yang agak jauh," jelas Abu.
Pemotongan Tertutup
‎Perubahan mekanisme distribusi hewan kurban itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Pada tahun-tahun sebelumnya, antrean warga untuk mendapatkan daging kurban di Masjid Istiqlal kerap diwarnai kericuhan. Bahkan sempat jatuh korban jiwa.
Dengan perubahan tersebut, panitia kurban Iduladha 2015 yakin warga tidak akan merangsek masuk ke area masjid saat pemotongan hewan berlangsung. Sebab, pemotongan akan dilakukan secara tertutup pada malam hari. Penjagaan juga dilakukan dengan sangat ketat.
"Oh tidak (mungkin merangsek). Kami melakukan pemotongan itu malam hari (Kamis malam). ‎Semua pagar dikunci. Jadi target kami itu habis salat isya sampai sekitar jam 02.00 WIB langsung didistribusikan ke rayon," ucap Abu.
Abu juga menegaskan para gelandangan yang tahun-tahun sebelumnya kerap memadati Masjid Istiqlal tidak akan mendapatkan daging kurban‎. Distribusi daging dari masjid negara ini akan dilakukan berdasarkan data yang sudah diterima untuk menghindari pembagian yang tidak rata dan cenderung berpotensi ricuh.
"Tidak mungkin dapat (gelandangan). Kecuali kalau mereka membuat kumpulan semisal majlis taklim, atau kelompok anak jalanan yang dikoordinir. Mereka bikin proposal dan diserahkan ke kami, ini orangnya siapa, tinggalnya di mana, jadi harus ada data jelas," tandas dia.
Lebih Merata dan Adil
Pihaknya juga mengklaim cara baru tersebut lebih disukai masyarakat Jakarta. Warga Ibukota tidak perlu susah-susah mendatangi Masjid Istiqlal untuk mengambil jatah daging kurban. Pembagian dengan metode tersebut juga dianggap lebih merata dan adil.
‎"Setelah kami survei, masyarakat mengaku lebih puas karena tidak perlu berdesak-desakan. Cuma kelemahannya, kalau sistem seperti ini masyarakat non-muslim jadi tidak dapat. Tapi positifnya, pembagian lebih merata dan tidak berpotensi rusuh," pungkas Abu.
Pada tahun sebelumnya, Masjid Istiqlal memotong 45 ekor sapi dan 15 ekor kambing saat Iduladha. Dari jumlah tersebut bisa menghasilkan 6 ribu bungkus daging dengan berat masing-masing 1 kilogram. ‎Namun pada tahun ini jumlah hewan kurban belum bisa dipastikan. Jumlah tersebut akan terus bertambah seiring dengan orang-orang yang datang menyumbangkan hewannya untuk dikurban. (Ado/Mar)