Liputan6.com, Semarang - Satu lagi korban tewas tragedi Mina yang dirilis Kementerian Agama. Korban bernama Susimah, 59 tahun, warga Semarang, Jawa Tengah.
Kepergian Susimah untuk selamanya, membuat keluarga benar-benar terpukul. Sebab, kematian Susimah seperti mimpi yang menjadi nyata. Sebelum berangkat haji, Susimah berseloroh mengatakan ingin meninggal di Tanah Suci saat berhaji.
Adik Susimah, Kastuti, mengaku memantau kondisi kakaknya hanya dari informasi di televisi dan dari ketua kelompok, Wido, yang juga tetangga rumahnya.
"Kami pantau televisi terus, gantian. Kami kalau berkomunikasi lewat ketua kelompok karena Bu Susimah tidak memakai handphone," kata Kastuti saat ditemui di rumah Susimah, Jalan Subali VI Nomor 13 RT 03 RW 04, Krapyak, Semarang, Senin (28/9/2015).
Menurut Kastuti, ia tahu kakaknya meninggal dari berita di televisi. Ia kemudian menghubungi Wido yang masih mencari informasi jemaah yang belum ditemukan. "Keluarga kasih tahu ketua kelompok biar tidak cari-cari di sana. Sudah dimakamkan di sana. Sejak musibah crane kita memang pantau-pantau terus," kata dia.
Menurut Mujiati, adik ipar Susimah, sebulan sebelum berangkat haji, Susimah sempat berkata ingin meninggal di Tanah Suci. Kalimat itu terlontar ketika sedang berbincang santai dengan kerabat.
"Pagi-pagi itu sering melamun terus, sebulan. Terus bilang, aku pingin mati ning kono, nek aku munggah haji ora iso dampingi (aku ingin mati di sana/Tanah Suci, kalau naik haji aku tidak bisa dampingi lagi). Itu diucapkan spontan, biasa," kata Mujiati.
Pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian Susimah walau ada beberapa yang belum sanggup merelakan. Saat ini rumah Susimah dipenuhi tetangga dan kerabat yang berdatangan, sedangkan putri satu-satunya masih mengurung diri di kamar.
"Ya, kalau belum ikhlasnya itu kok berangkat sehat, tapi pulangnya malah kabar seperti ini. Dia memang sempat ngomong ingin meninggal di sana. Bu Susimah itu orangnya pendiam, tidak ada omongan jelek tentang dia. Suaminya sudah meninggal," kata Kastuti.
Susimah berangkat haji 12 September 2015 melalui Embarkasi Solo Regu III Kelompok VII, Kloter 62. Dalam kloter yang sama, ada satu warga Semarang yang juga terdata meninggal yaitu Sri Prabandari (58) warga Ngaliyan.
Suami Sri, Sugeng Triyanto, juga dikabarkan meninggal meski belum tercatat di Kemenag. Kabar tersebut diperoleh dari putranya, Aditya (27), yang melihat langsung ayahnya terinjak-injak ribuan jemaah.
"Mungkin Pak Sugeng gelangnya (pengenal) lepas, jadi belum bisa konkret jadi salah satu korban walau anaknya melihat langsung," kata Sekretaris PPHI Embarkasi Solo, Ahyani. (Sun/Mut)