Liputan6.com, Jakarta - Pergantian pejabat yang begitu cepat dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjadi sorotan. Banyak yang menilai hal itu mengganggu kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) karena harus cepat beradaptasi.
Tapi hal ini dibantah Ahok. Menurut dia, pergantian pejabat tetap melalui serangkaian tes. Mulai CAT (Computer Assisted Test), makalah, hingga wawancara.
"Biasanya saya nggak terlalu lihat makalah karena bisa saja dibuatkan orang. Nanti hasil psikotes ada disarankan, dipertimbangkan, atau tidak disarankan," tutur Ahok di Balaikota, Kamis 1 Oktober 2015.
Bila hasil tes menyatakan tidak disarankan, mantan Bupati Belitung Timur itu akan menanyakan hal yang membuat calon pejabat tersebut tidak disarankan. Jika hasilnya masih bisa diterima, akan dipertimbangkan kembali.
"Kadang ada yang kurang kreatif, terlalu kaku dan sebaginya. Sudah orang buat ganti lampu atau nyiram taman saja kok harus kreatif. Kalau kreatif mah jadi gubernur saja. Atau kaku juga oke karena dia tahunya taman harus disiram setiap hari," tambah Ahok.
Setelah mengetahui hasil tes, Ahok lalu memanggil beberapa PNS yang akan dijadikan pejabat. Di sinilah, Ahok menggunakan ilmu lainnya.
"Begitu dia datang, kita lihat nih wajahnya. Kayak ilmu Pangeran Diponegoro saja nih, katanya kan Pangeran Diponegoro bisa baca orang dari wajahnya," ungkap Ahok.
Pergantian yang begitu cepat ini diyakini tidak akan membuat PNS stres bila mereka bekerja dengan benar. Beda dengan pejabat yang sudah berniat main sejak awal.
"Ilmu copot mencopot bagus nih, banyak PNS depresi, lumayan kasih psikolog penghasilan. Saya rasa yang benar nggak stres lah. Saya nggak main buang, kalau bagus ya terus," tutup Ahok. (Sun/Mut)
Jurus Ganti Pejabat Ala Ahok, Pakai Ilmu Diponegoro
Setelah mengetahui hasil tes, Ahok tetap menguji calon pejabatnya dengan cara lain.
Advertisement