Liputan6.com, Jakarta - Di ketinggian 8 ribu kaki, pesawat Aviastar sempat menembus ketinggian langit. Melesat membelah angin di antara Masamba dan Makassar, Sulawesi Selatan. Di dalamnya 7 penumpang dan 3 kru berharap bisa menginjak Bumi di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar.
Pesawat jenis PK-BRM/DHC6 yang mereka tumpangi itu berangkat dari Bandara Andi Jemma, Masamba, Luwu Utara menuju Makassar pada Jumat 2 Oktober 2015 sekitar pukul 14.25 Wita.
Hanya 11 menit sejak take off, Aviastar itu menghilang secara misterius. Jejaknya tak terlacak dan dinyatakan hilang kontak.
Advertisement
Hingga detik ini belum ada tanda-tanda. Namun doa tetap dipanjatkan agar pesawat yang dipiloti Kapten Iri Afriadi itu beserta para penumpangnya dapat segera ditemukan dalam keadaan selamat.
Mukjizat
Seperti doa yang dipanjatkan Risma, istri dari Kapten Pilot Iri Afriadi.
Kapten Iri Afriadi menghilang bersama pesawat Aviastar yang dipilotinya. Sebelum terbang, Iri sempat pamit pada sang istri, Risma, yang berada di Papua.
Dia pamit untuk berangkat ke Bandara Andi Jemma, Masamba lewat layanan pesan singkat BlackBerry Messenger atau BBM pada 2 Oktober 2015 sekitar pukul 07.46 Wita.
"Iya kami sempat BBM-an dan Bapak (Iri) meminta pamit menuju bandara. Setelah itu tak lagi kontakan," cerita Risma kepada Liputan6.com di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (3/10/2015).
Setelah itu, Risma beraktivitas ke luar rumah. Namun sekembalinya ke rumah, dia mendengar kabar hilangnya pesawat Aviastar tersebut.
"Nah kabar kejadian hilang‎ saya tahu setelah balik ke rumah untuk berbuka puasa. Tiba-tiba keluarga memberi tahu ada pesawat hilang di mana nama suami saya ikut tercatat dalam salah satu orang yang berada dalam pesawat hilang di kota Palopo, Sulsel tersebut," ungkap dia.
Risma kini hanya bisa berharap, suaminya bisa segera ditemukan dalam kondisi selamat. "Mohon doanya juga yah semoga cepat ditemukan dan dalam keadaan sehat-sehat semuanya," ucap dia.
Doa yang sama juga dilantunkan keluarga dari Soekris Winarto, teknisi pesawat Twin Otter DHC6 Aviastar. Mereka berharap datangnya mukjizat.
Adik kandung Soekris Winarto, Soekris Trihartono mengatakan, saat ini keluarga masih terus berpikir positif terkait dengan hilangnya kontak pesawat tersebut.
"Keluarga masih optimistis dan berpikir positif serta berharap ada mukjizat terkait dengan kabar hilangnya kontak pesawat Aviastar tersebut," kata Trihartono.
"Semoga ada mukjizat dari Yang Maha Kuasa dan pesawat itu ditemukan. Syukur jika semua penumpang selamat."
Doa yang sama juga diucap Rusdianto. Ayahnya, M Natsir yang merupakan Kepala Bandara Seko di Kabupaten Luwu Utara, Sulsel itu ikut dalam penerbangan tersebut.
Pada 1 Oktober 2015 malam, M Natsir sempat menelepon Rusdianto. Sang ayah meminta dijemput di Bandara Hasanuddin Makassar karena ia akan menghadiri rapat di Jakarta pada Sabtu ini.
"Selanjutnya tak ada lagi kabar hingga saya menunggu Bapak di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar," kata Rusdianto.
Anto berharap, ayahnya segera ditemukan dalam keadaan sehat walafiat. "Mohon doa masyarakat semuanya agar bapak segera ditemukan dalam keadaan selamat," harap anak kedua dari tiga bersaudara itu.
Sinyal Telepon
Sebelum dinyatakan menghilang, pesawat yang mengangkut 7 penumpang dan 3 awak itu sempat mengontak otoritas pengawas lalu lintas udara atau Air Traffic Control (ATC) di Ujung Pandang. Kapten Pilot Afriadi mengabarkan pesawat berada di ketinggian 4.500 kaki.
Seperti disampaikan General Manager Commercial and Bussines Development Aviastar, Petrus Budi Prasetyo pada Jumat malam 2 Oktober 2015. "Pada saat berangkat, mereka sempat 2 kali mengadakan kontak dengan Ujung Pandang info, pada pukul 14.33 Wita, mereka berada di 4.500 kaki," kata Petrus.
Dia menuturkan, pada 2 Oktober 2015 pukul 14.36 Wita pilot kembali mengabarkan bahwa pesawat berada di ketinggian 8.000 kaki dan akan mengarah ke Makassar.
"Mereka juga akan menyampaikan akan melaporkan kemudian posisinya pada pukul 15.15 Wita atau sekitar 60 nautical mile dari Ujung Pandang," tutur Petrus. Namun, hingga pukul 15.15 Wita pilot pesawat tak kunjung melaporkan keberadaan mereka di udara. Alhasil, ATC langsung melakukan kontak dengan pilot tetapi tidak direspons.
ATC berkesimpulan pesawat dengan nomor penerbangan MV 7503 itu hilang kontak. Padahal kondisi cuaca saat itu dikabarkan memadai untuk penerbangan. Tak ada masalah pada cuaca.
Entah apa penyebab hilangnya pesawat itu. Yang jelas Kapten Iri Afriadi bukan pilot sembarangan. Dia disebut cukup berpengalaman dengan ribuan jam terbang sebagai kapten pilot. Ia juga ratusan kali menjadi first officer atau co-pilot.
"Dilihat dari jam terbang, pilotnya sudah memiliki 2.900 jam terbang pada pesawat ini dan first officer-nya 435," ujar Petrus.
Dia berharap, hilang kontaknya pesawat Aviastar ini bukan karena human error. "Semoga bukan karena human error. Kami tunggu sampai adanya kepastian. Secepatnya lokasi serta penyebabnya nanti ditelusuri oleh Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi," harap Petrus.
Sementara itu, alat pendeteksi yang digunakan Badan SAR Nasional (Basarnas) tidak dapat mendeteksi signal yang dimiliki pesawat Aviastar. Itu terjadi karena pesawat tersebut hanya memiliki perekam data penerbangan atau Flight Data Record (FDR).
Padahal pesawat komersial yang layak terbang seharusnya memiliki FDR, Voice Cockpit Recorder (VCR), dan Emergency Locator Beacon (ELB) atau Emergency Locator Transmitter (ELT). Seperti disampaikan Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo.
"Sistem kami tidak menangkap sinyal dari pesawat tersebut dan kami sudah meminta bantuan pelacakan sinyal kepada negara sahabat. Namun mereka juga belum dapat menangkap sinyal dari pesawat itu. Dari informasi yang saya terima, dia (Aviastar) hanya punya FDR," ungkap Soelistyo.
Namun pencarian Aviastar sedikit demi sedikit menemukan titik terang. Basarnas mendeteksi adanya sinyal ponsel milik pilot dan teknisi pesawat. Seperti disampaikan General Manager Operasional Aviastar, Petrus Budi Prasetio.
"Perkembangan informasi, tim Basarnas, dengan TNI Polri sudah menyisir lokasi dan mendapat laporan sinyal HP yang terlacak dari pilot dan teknisi," kata Petrus.Â
Informasi itu, kata dia, didapat dari pelacakan dan pengambilan gambar yang ada di Posko Makassar, Sulawesi Selatan. Namun, kata Petrus, informasi ini masih terus didalami oleh tim gabungan.
Petrus tidak bisa memastikan, apakah ponsel pilot dan teknisi pesawat tetap menyala selama penerbangan. Tapi, bila sinyal ponsel benar-benar menyala bisa dilacak sejak lepas landas.
"Kalau menyala, harusnya sinyalnya bisa dilacak dari terbang sampai hilang," tutur dia. "Yang terlacak cuma sore hari, setelah pesawat hilang. Kemungkinannya kecil kalau dinyalakan."Â
Sementara itu, berdasarkan penelusuran tim, penduduk setempat sempat melihat pesawat yang terbang rendah di sekitar lokasi hilangnya pesawat.
Petrus mengatakan, lokasi warga yang melihat pesawat terbang rendah dengan sinyal ponsel tidak begitu jauh, sehingga bisa memudahkan pencarian.
"Posisinya 3 derajat 20 menit agak berbeda dari sinyal ponsel yang ditemukan Basarnas. Tapi masih ada di sektor 4 pencarian," tambah dia.
Pencarian di sekitar lokasi diduga hilangnya pesawat mulai dilakukan sejak Sabtu pagi pukul 06.00 Wita. Pencarian dimulai oleh tim SAR Rescue Unit (SRU) I melalui jalur darat di Kecamatan Bastem Utara, perbatasan Kabupaten Luwu-Palopo, Sulsel.
Selanjutnya, pukul 09.50 Wita satu pesawat Twin Otter milik Aviastar bersama Basarnas juga melakukan pencarian lewat jalur udara. Selain itu, tim dari Polisi Air (Polair) juga telah berangkat menyisir sepanjang perairan dan pantai daerah Luwu, Sulsel sejak pukul 09.50 Wita.
Namun upaya pencarian pada hari pertama pasca-hilangnya pesawat Aviastar ini belum membuahkan hasil. Rencananya pencarian bakal dilanjutkan pada Minggu 4 Oktober 2015 dengan 6 sektor titik penyisiran. (Ndy/Ron)
Â
Â