Sukses

Sigi Investigasi: Membangun Barikade dari Amuk Gajah

Konflik antara gajah liar dan manusia di sejumlah kawasan di Aceh sudah mengkhawatirkan.

Liputan6.com, Aceh - Raungan suara mesin memecah keheningan. Para penghalau gajah liar masih terus menyelidiki petunjuk-petunjuk yang ditinggalkan, lewat jejak dan juga bekas tinggalan binatang berbadan raksasa ini.

Saatnya melakukan pantauan yang cukup aman yakni panjat pohon. Agar keberadaan kawanan gajah liar dari ketinggian bisa terlihat.

Akhirnya keberadaan raksasa berbelalai ini diketahui. Khawatir buruan hilang, Tim Sigi Investigasi langsung tancap gas ke titik koordinat yang telah ditentukan.

Kali ini jejak-jejak makin banyak dan terlihat baru. Artinya kami makin mendekati objek segerombolan gajah liar. Taktik hembusan angin digunakan agar keberadaan kami tak tercium.

Kawanan ini tengah menikmati segarnya rumput ilalang, tak sadar kehadiran kami yang terus memantau.

Memang di permukaan terlihat tenang. Tapi justru ini merupakan situasi yang mencekam. Gerombolan gajah liar ini harus segera diusir menjauh dari lokasi desa.

Ternyata keberadaan kami sudah tercium. Gajah-gajah liar ini mulai gelisah.

Situasi mulai tak kondusif. Suara nyaring yang khas dikumandangkan kawanan gajah ini, tanda mereka akan segera pergi.

Di Desa Pante Peusangan, Bireuen, Aceh, anak-anak desa bermain, warga beraktivitas seperti biasa.

Sepintas terlihat aman dan damai. Padahal khawatir dan rasa takut mendera karena kawasan ini masih masuk lintasan yang dilewati gajah liar, yang sewaktu waktu bisa datang dan berbuat onar.

Kewaspadaan tingkat tinggi nampak. Tiap sudut rumah, senjata meriam karbit siap disulutkan saat gerombolan binatang bertubuh raksasa ini mulai terlihat. Tentu niatnya mengusir.

Kawanan gajah liar sebenarnya semakin terjepit, tiap desa sudah siap menghalau mereka.

Para penghalau kawanan gajah liar tak pernah menyerah. Suara meriam karbit, kembang api, serta bom molotov bergantian terdengar untuk sekedar menakut-nakuti kawanan gajah liar agar segera hengkang.

Pusat Pelatihan Gajah

Salah satu aksi membuat hutan lestari adalah adanya pusat pelatihan gajah liar, dimana para gajah dilatih agar bisa bekerja sama dengan manusia.

Untuk menyisir sebagian hutan yang luasnya sekitar 2.700 hektare, para pawang gajah atau istilah lainnya mahot, beserta gajah yang telah terlatih rutin berpatroli di kawasan hutan belantara ini.

Dengan membawa ankus atau ganco sebagai alat untuk mengendalikan gajah, sebelum berpatroli, si gajah diberi makanan kesukaannya agar binatang bertubuh tambun ini semangat untuk berpatroli.

Sebelum memulai perjalanan ke hutan, banyak ritual yang dilakukan pawang gajah agar gajah tak ngambek untuk melakukan tugas rutinnya. Diantaranya membuka gelang rantai dan menggosok badan gajah dari kotoran tanah kering.

Tugas si pawang gajah beserta gajah yang sudah jinak ini mengantisipasi konflik yang tak berkesudahan antara kawanan gajah liar dan manusia, serta untuk menjaga kelestarian hutan.

Mengintai sambil berjaga jaga di tengah rimbunnya pepohonan. Layaknya aparat hukum.

Para mahot juga membawa gajah gajah liar ke tengah hutan dengan niat agar mereka bisa kembali merasakan habitatnya di alam liar.

Bagaimana aksi menghalau gajah liar agar tak menimbulkan kerusakan? Saksikan selengkapnya dalam tayangan Sigi Investigasi SCTV edisi Sabtu (3/10/2015), di bawah ini. (Nda/Ron)