Liputan6.com, Jeddah - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri tiba di Bandara Internasional King Abdul Azis (KAA) Jeddah, Arab Saudi, Sabtu 3 Oktober pukul 15.15 waktu setempat. Tim yang terdiri dari 10 orang dari berbagai keahlian spesifik ini akan langsung bekerja.
Mereka akan bergabung dengan tim identifikasi korban tragedi Mina yang sebelumnya sudah dibentuk Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.
"Kami siap langsung bekerja, keterangan selengkapnya nanti setelah kami rapat briefing di kantor Konsulat Jenderal RI di Jeddah," kata Ketua Tim DVI Mabes Polri Kombes Polisi dr Muhammad Mas’udi kepada Liputan6.com di sela-sela proses imigrasi di ruang tunggu VIP Saudi Arabia Airlines Bandara KAA Jeddah.
10 orang yang dikirim ke Arab Saudi terdiri dari satu ketua tim, 4 ahli forensik, 2 dokter gigi forensik, 1 DNA forensik dan 2 dari INAFIS. Mereka akan langsung bergabung dengan tim dari Arab Saudi untuk mengidentifikasi seluruh korban.
Konsuler Jenderal RI di Jeddah Dharmakirty Syailendra Putra menyatakan, tim DVI Mabes Polri akan membantu kerja tim yang sudah sepekan bekerja mengidentifikasi korban insiden Mina.
Berdasarkan data per Sabtu pukul 06.00 waktu Arab Saudi, sudah ada 95 jenazah yang dinyatakan sebagai korban insiden maut yang terjadi di Jalan Arab 204 Mina pada Kamis (24/9) pagi tersebut. Dari jumlah itu, sebanyak 90 di antaranya merupakan jemaah haji Indonesia yang berangkat melalui jalur reguler, sedangkan 5 orang lainnya merupakan warga negara Indonesia yang sudah menetap di Arab Saudi.
"4 orang merupakan pekerja di Bin Ladin Group yang sedang berhaji, sedangkan 1 orang adalah WNI yang diduga haji backpacker," kata Dharmakirty.
Dia melanjutkan, adanya bantuan tim DVI Mabes Polri diharapkan dapat mempercepat proses identifikasi korban lantaran tim membawa alat-alat yang lebih lengkap. Selain itu, tingginya jam terbang anggota tim dalam proses identifikasi korban musibah juga dapat menunjang pekerjaan di lapangan.
Sejauh ini, sudah ada 2.170 foto jenazah korban insiden Mina yang dirilis Pemerintah Arab Saudi. Atas dasar fakta itu, Dharmakirty memperkirakan, jumlah korban musibah Mina tahun ini melebihi jumlah korban tragedi Mina yang terjadi pada 2 Juli 1990. Saat itu, 1.426 orang jemaah haji meninggal dunia akibat saling injak di terowongan Haratul Lisan, Mina.
Wakil Duta Besar RI untuk Arab Saudi Muhammad Sunarko mengatakan, tim akan dipecah 2 setelah menerima arahan dari otoritas setempat. “Base pertama di Jeddah dan kedua tentunya di Mekah karena memang seluruh kegiatan utama identifikasi terfokus di sana,” kata Sunarko usai menggelar rapat brieffing dengan tim DVI di kantor Konsulat Jenderal RI di Jeddah, Arab Saudi, Sabtu.
Menurut Sunarko yang kini menjabat sebagai Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Riyadh, pembagian tim DVI bertujuan untuk memaksimalkan proses identifikasi korban insiden Mina yang terjadi pada Kamis (24/9) lalu. Dengan kekuatan tim DVI yang terdiri dari pakar forensik, dokter gigi forensik, ahli DNA forensik, dan ahli sidik jari, diharapkan proses identifikasi korban bisa cepat dilakukan.
“Tentu saja kita ingin secepatnya karena memang tim yang sudah bekerja selama ini membutuhkan langkah percepatan,” ujar Sunarko.
Sunarko menegaskan, kedatangan tim bukan berarti kinerja tim yang sudah bekerja saat ini lamban. Hanya saja, proses identifikasi korban memang harus lebih cepat dilakukan agar hasilnya bisa segera disampaikan ke publik. Tim DVI Mabes Polri pun bukan melakukan kerja terpisah, melainkan bersifat menunjang pekerjaan yang sedang berjalan.
Tim juga tetap berkoordinasi dengan tim yang sudah dibentuk PPIH Arab Saudi dan tim bentukan otoritas Arab Saudi. “Jadi sifatnya lanjutan, tidak kerja baru karenanya upaya koordinasi dilakukan dengan siapa pun,” kata dia.
Kepala Daerah Kerja Makkah PPIH Arab Saudi Arsyad Hidayat mengatakan, selama ini petugas praktis hanya mengandalkan identifikasi dengan cara penglihatan fisik jenazah. Petugas menyamakan foto jenazah berdasarkan foto jemaah haji Indonesia yang dilaporkan hilang atau belum kembali ke rombongannya.
"Untuk pengamanan sidik jari hanya 5 sampai 10 korban saja, selebihnya pengamatan fisik berdasarkan foto," kata Arsyad.
Arsyad mengatakan, tim identifikasi PPIH Arab Saudi siap bekerja sama dengan tim Disaster Victim Identifikation Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia untuk melanjutkan proses identifikasi. "Prinsipnya, kami akan terima kerja sama dalam mencari korban peristiwa Mina," kata dia.
Arsyad menyatakan tim DVI Mabes Polri ke Arab Saudi tidak hanya untuk mengidentifikasi korban asal Indonesia. DVI Mabes Polri bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Arab Saudi untuk mengidentifikasi jenazah yang berasal dari negara-negara lain. (Ron/Nda)