Liputan6.com, Jeddah - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri tidak akan melakukan analisis mengenai penyebab kematian para korban tragedi Mina. Tim yang beranggotakan 10 pakar forensik tersebut hanya melakukan identifikasi menyangkut identitas dan asal negara korban.
Ketua Tim DVI Mabes Polri Kombes Polisi dr Muhammad Mas’udi saat ditemui Liputan6.com mengatakan, tugas utama tim adalah percepatan identifikasi yang selama ini sudah dilakukan berbagai pihak. Tim tidak akan terlalu jauh masuk ke dalam analisis mengenai penyebab dan usia kematian korban insiden yang terjadi di Jalan Arab 204 Mina.
“Untuk saat ini kita hanya identifikasi identitas saja dan dari mana asal jenazah, segitu dulu. Lainnya kita menunggu hasil koordinasi,” kata Mas’udi usai menggelar rapat di kantor Konsulat Jenderal RI di Jeddah, Arab Saudi, Sabtu 3 Oktober.
Tim DVI Mabes Polri tiba di Bandara Internasional King Abdulazis (KAA) Jeddah pada Sabtu pukul 15.15 waktu Arab Saudi tampak tidak ingin membuang-buang waktu.
Sambil menunggu proses imigrasi di bandara yang memakan waktu cukup lama, tim langsung bertemu dengan perwakilan Kementerian Kesehatan Arab Saudi. Setelah itu, tim bertolak ke kantor KJRI Jeddah guna menggelar rapat bersama KBRI Ryadh, KJRI Jeddah, dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.
Menurut Mas’udi yang juga mantan Atase Kepolisian RI di KBRI Riyadh, tim sudah membawa alat-alat pendukung yang bisa menunjang kerja para ahli forensik, ahli dentologi forensik, pakar DNA, dan ahli sidik jari. Kebutuhan lain tim akan dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Kementerian Kesehatan dan otoritas keamanan Arab Saudi.
Mengenai database jenazah yang saat ini belum berhasil diidentifikasi, tim DVI Mabes Polri juga sudah diberi tahu akan memperolehnya pascapertemuan dengan otoritas setempat.
Advertisement
“Kita kan baru datang, belum tahu juga nanti bagaimana kondisi jenazahnya. Rencana kita baru orientasi dan nanti mendapatkan bahan-bahannya dari koordinasi,” ujar Mas’ud.
Mas’udi melanjutkan, tim akan menentukan cara bertindak atau rencana operasi setelah mendapatkan database serta mengetahui kondisi jenazah.
Dalam standar internasional identifikasi korban, ada beberapa teknis pelaksanaan identifikasi yang sudah menjadi acuan baku para investigator. Penyamaan foto dengan fisik jasad korban seperti yang selama ini dilakukan tim PPIH Arab Saudi adalah salah satu cara yang masuk ke dalam standar tersebut.
Dengan sudah lamanya jasad tersimpan dalam ruangan atau kontainer, kondisi jenazah dipastikan sudah mengalami perubahan. Perubahan fisik jenazah bisa merusak data sidik jari dan mempersulit teknik konvensional penyamaan foto. Karenanya, kata Mas’udi, tim akan mempertimbangkan penggunaan teknik lain semisal forensik gigi dan DNA.
“Misi kita adalah membantu percepatan, soal rencana kerja, metode dan teknis lainnya ya nanti setelah koordinasi. Saya kira itu dulu ya,” ujar Mas’udi. (Ron/Nda)