Liputan6.com, Pekanbaru - Kabut asap sudah menyelimuti Riau sekitar 3 bulan. Babhkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut sebagai bencana asap terpanjang.
Untuk menanggulangi kabut asap tersebut, Pemprov Riau kini fokus terhadap antisipasi korban dan penindakan hukum kepada para pelaku pembakaran hutan dan lahan.
"Riau fokus dengan antisipasi korban asap, serta penegakkan hukum pelaku pembakar lahan," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau Asryadjuliandi Rachman usai menghadiri peringatan HUT ke-70 TNI di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau, Senin (5/10/2015).
Andi menjelaskan, setiap provinsi di Sumatera dan Kalimantan mempunyai fokus tersendiri dalam masalah kebakaran hutan dan lahan. Ada yang fokus memadamkan, menanggulangi, dan mengatasi korban akibat kabut asap.
"Yang jelas, pencegahan juga dilakukan untuk jangka panjang, berupa pembuatan kanal blocking. Itu sangat efektif dan kita akan percepat untuk antisipasi jangka panjang," ujar pria yang akrab disapa Andi.
Menurut Asryadjuliandi, penanggulangan kabut asap di Riau sudah dibahas Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama kepala daerah dan stakeholder terkait, beberapa waktu lalu di Jakarta.
"Sudah dilakukan rapat pembahasan terkait bencana asap ini, bahkan di tingkat pusat baru-baru ini. Semuanya hadir, termasuk pejabat di provinsi yang lahannya terbakar, menteri, kepala badan, dan sebagainya," pungkas Asryadjuliandi.
Bencana Kabut Terlama
Sementera, Kepala BMKG Pekanbaru Sugarin mengatakan, kabut asap yang terjadi di Riau saat ini merupakan bencana terparah dan terpanjang yang pernah ada. Menurut dia, Riau sudah dikepung asap 3 bulan terakhir.
"Ini paling lama sejak beberapa tahun belakangan. Sudah sekitar 3 bulan Provinsi Riau diselubungi asap, biasanya hanya sebulan dan paling lama 2 bulan. Itu pun kondisi asap tidak sepekat ini," ujar dia dalam kesempatan yang sama.
Senin pagi, lanjut Sugarin, jarak pandang di beberapa kota dan kabupaten di Riau masih buruk. Kota Pekanbaru misalnya, jarak pandang 200 meter, Kecamatan Rengat dan Kabupaten Indragiri Hulu 100 meter, Dumai 200 meter, dan Pelalawan 150 meter.
Bencana ini, kata Sugarin, diprediksi masih berlangsung lama. Sebab, Riau sedang dilanda musim kemarau yang bisa saja memicu titik panas. Selain itu, arah angin juga tak berpihak, karena asap hasil kebakaran hutan dan lahan dari daerah lain terbawa ke Riau.
"Angin masih bergerak dari timur hingga selatan, yaitu ke Riau. Hasilnya, asap kebakaran dari provinsi lain terbawa ke Riau," jelas dia.
Warga Pekanbaru, Ridwan mengaku belum merasakan perubahan yang dilakukan pemerintah terkait kabut asap. Setiap hari asap selalu bertambah tanpa ada solusi pasti.
"Solusinya apa? Asap semakin bertambah, korban juga sering berjatuhan. Kalau memang ini asap kiriman, seharusnya Pemerintah Riau bisa bertindak ke provinsi tetangga supaya di sana tidak memproduksi asap lagi," kata dia.
Telah puluhan tahun tinggal di Riau, Ridwan mengaku sering mengalami bencana kabut asap. Peristiwa itu berulang setiap tahunnya, dan tidak ada solusi yang bisa menghentikan.
"Bikin kanal blok untuk mencegah api, kemudian ada dulu membuat embung atau kolam di lahan. Hasilnya apa? Asap selalu terjadi dan pemerintah selalu beralasan melakukan koordinasi," pungkas Ridwam. (Rmn/Mut)
Dikepung Kabut Asap, Riau Fokus Cegah Korban dan Penindakan
Andi menjelaskan, setiap provinsi di Sumatera dan Kalimantan mempunyai fokus tersendiri dalam masalah kebakaran hutan.
Advertisement