Liputan6.com, Pekanbaru - Wilayah Riau dan sekitarnya hingga Selasa (6/10/2015) masih diselimuti kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan. Penderitaan warga berlanjut setelah 2 bulan ini asap belum kunjung sirna. Â
Seorang warga di Pekanbaru, Nunik Suherni, mengaku tak bisa berbuat apa-apa lagi dengan kondisi ini. Sumatera Barat yang biasanya dijadikan tempat mengevakuasi anak dan oranng tuanya juga sudah diselimuti kabut asap.
"Jadi mau ke mana lagi? Di rumah sendiri asap sudah masuk, baunya menyengat," kata Nuni di Pekanbaru, Selasa (6/10/2015).
Untuk Riau saat ini, menurut Nuni, bantuan yang dibutuhkan bukan hanya berupa personel TNI dan peralatan pemadaman saja. Sebab, yang dihadapi dirinya dan warga lainnya adalah kabut asap dengan kadar oksigen minim.
"Jadi yang kami dan warga butuhkan itu adalah oksigen. Bantuan bisa berupa tabung oksigen atau paling tidak alat pengusir kabut asap dari rumah. Saya rasa itu bantuan yang sedang dibutuhkan," ujar dia.
Jarak Pandang Terbatas
Jarak pandang beberapa kabupaten dan kota di Bumi Lancang Kuning itu pun terbatas berkisar antara 200 hingga 50 meter. Jarak pandang di Kota Pekanbaru dan sekitarnya pada Selasa ini hanya 100 meter.
"Jarak pandang terburuk terjadi di Kabupaten Pelalawan, yaitu hanya 50 meter. Sementara Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu tak jauh lebih baik, yaitu 100 meter, dan Kota Dumai berkisar 100 meter," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pekanbaru Sugarin.
Menurut dia kondisi asap pada Selasa ini jauh lebih buruk dari hari sebelumnya. Dia mengimbau warga Riau dan sekitarnya mengurangi aktivitas di luar.
"Terutama bagi anak-anak dan balita. Diharap tetap berada di kamar, karena pekatnya asap membuat kualitas udara berbahaya. Sementara bagi orang dewasa, jika terpaksa keluar diharap memakai masker," kata dia.
Kabut asap yang menyelimuti sebagian besar wilayah Riau, kata dia, merupakan kiriman dari kebakaran hutan dan lahan di Sumatera. Sebab, Riau sendiri hanya terpantau 1 titik panas.
Satelit Terra dan Aqua dari NASA mendeteksi 384 titik panas sebagai indikasi kebakaran hutan dan lahan. Jumlah itu tersebar di 6 provinsi di Sumatera. Paling banyak masih Sumatera Selatan, yaitu 360 titik, kemudian Jambi 10 titik, Sumbar 6, Lampung 5 dan Bangka Belitung 2. (Hmb/Mut)
Asap Masuk Rumah, Warga Riau Butuh Bantuan Oksigen
Kabut asap masih sangat pekat, jarak pandang kian terbatas.
Advertisement