Sukses

Asap Pekat Kembali Kepung Wilayah Riau

Sugarin menyebutkan, secara umum wilayah di Provinsi Riau diselimuti kabut asap.

Liputan6.com, Pekanbaru - Baru beberapa hari melihat birunya langit, warga Riau kembali menghadapi kabut asap. Hasil dari kebakaran hutan dan lahan itu membuat jarak pandang di beberapa wilayah di Bumi Lancang Kuning hanya ratusan meter.

"Jarak pandang di Riau kembali memburuk akibat kabut asap. Terparah terjadi di Pelalawan, yaitu hanya 400 meter, kemudian Kota Dumai 500 meter, Rengat (Indragiri Hulu) 600 meter dan Kota Pekanbaru 800 meter," ungkap Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin, Minggu (18/10/2015).

Sugarin menyebutkan, secara umum wilayah di Provinsi Riau diselimuti kabut asap. Peluang hujan yang biasanya bisa 'mengusir' asap tidak merata terjadi di Riau.

"Potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang masih ada, tapi tidak merata. Hujan itu diperkirakan terjadi pada sore atau malam hari di bagian barat dan utara Riau," ungkap Sugarin.

Sugarin menyebutkan, kabut asap ini merupakan kiriman dari berbagai provinsi di Sumatera yang saat ini masih terjadi kebakaran hutan dan lahan. Hal itu kian diperburuk dengan kondisi kebakaran di Riau karena pada Minggu ini terdeteksi 49 titik panas sebagai indikasi kebakaran hutan dan lahan.

"Hari ini terpantau 813 titik panas yang menyebar di Sumatera. Paling banyak terdapat di Sumatera Selatan 645 titik, Bengkulu 5 titik, Jambi 70, Lampung 27, Kepulauan Riau 6 dan Bangka Belitung 11 titik panas," ungkap Sugarin.

Sementara di Riau sendiri, tambah Sugarin, terdapat 49 titik panas. Ini sangat meningkat karena sudah beberapa hari belakangan tidak terpantau titik api.

Titik panas di Riau tersebar di Kepulauan Meranti 9, Bengkalis 9, Siak 13, Pelalawan 3, Indragiri Hilir 8 dan Kabupaten Indragiri Hulu 7 titik panas.

"Dari semua titik panas Riau yang ada, yang mengindikasikan sumber api atau kebakaran ada 35. Titik kepercayaannya di atas 70 persen," tukas Sugarin.

Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, kebakaran hutan dan lahan masih sulit padamkan.

"Hal ini terjadi seiring makin keringnya musim kemarau. Akibatnya, hotspot di Sumatera dan Kalimantan fluktuatif jumlahnya. Wilayah yang terbakar pun meluas hingga Kalimantan Timur," ungkap Sutopo.

Menurut Sutopo, sebaran asap dari kebakaran hutan dan lahan juga meluas. Berdasarkan Citra Satelit Himawari, sebaran asap meluas lagi hingga Singapura dan Malaysia meski dengan kepekatan sedang.

"Tim Australia, Malaysia, dan Singapura mengatakan api masih besar dan sulit dipadamkan karena angin kencang dan hutan lahan yang terbakar luas. Bahkan personel Australia, mengatakan baru sekali ini menemukan kebakaran hutan lahan yang begitu besar selama 30 tahun dia bekerja memadamkan api," pungkas Sutopo. (Ron/Yus)