Liputan6.com, Gorontalo - Kendati titik api di Gorontalo tidak sebanyak daerah lainnya, namun provinsi yang terletak di utara Pulau Sulawesi ini juga terdampak bencana kabut asap. Prakirawan BMKG Gorontalo Fathruri mengatakan, dari hasil pantauan Citra Satelit Himawari, sebaran asap mulai mewarnai langit Gorontalo pada 18 Oktober 2015 pukul 15.00 Wita.
"Jarak pandang minimum hari ini di Bandara Jalaluddin sempat mencapai hanya 2.000 meter tadi pagi, meningkat lagi pada siang hari hingga 4.000-5.000 meter," kata Fathruri di Gorontalo, Minggu 18 Oktober 2015.
BMKG memprediksi, asap tersebut sebagian merupakan kiriman dari daerah lain seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara, serta pengaruh dari beberapa titik api yang terdapat di Gorontalo sendiri.
Dari peta sebaran titik panas pantauan Sensor MODIS (Satelit Terra dan Aqua) pada 18 Oktober 2015, terdapat belasan titik panas dengan tingkat kepercayaan 70 persen dan 81-100 persen.
"Pada titik merah dengan ukuran besar seperti di peta, tingkat kepercayaannya 81-100 persen. Artinya, kemungkinan besar itu adalah daerah yang terbakar. Sedangkan yang titik oranye, tingkat kepercayaan 70 persen, artinya belum tentu di situ ada daerah yang terbakar. Perlu di cek langsung," ungkap Fathruri.
Dia menambahkan, titik api di Sulteng dan Sultra menyumbang partikel asap ke wilayah Gorontalo, karena saat ini arah angin Permukaan berasal dari Selatan.
BMKG menyatakan, aktivitas penerbangan hingga Minggu malam masih aman, karena jarak pandang atau visibility masih memenuhi syarat untuk itu.
"Untuk mendarat dan lepas landas masih aman bila jarak padang tiga kilometer. Jika kurang dari dua kilometer, tergantung jenis pesawatnya. Kalau pesawat jet, standar visibilitynya di atas dua kilometer," jelas Fathruri. (Ant/Sun/Mut)
Kabut Asap Mulai Selimuti Gorontalo, Jarak Pandang Terganggu
Titik api di Sulteng dan Sultra menyumbang partikel asap ke wilayah Gorontalo, karena saat ini arah angin Permukaan berasal dari Selatan.
Advertisement