Liputan6.com, Jakarta - Isu reshuffle atau perombakan kabinet Jilid II kembali berhembus kencang memasuki setahun Jokowi-JK. Sejumlah menteri yang dianggap berkinerja buruk disebut-sebut akan dicopot dari jabatannya. Namun, pihak Istana masih enggan berkomentar banyak tentang hal ini.
Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana mengatakan, Presiden Jokowi hingga kini belum membahas rencana reshuffle yang dimaksud, termasuk mengenai akan bertambahnya jumlah anggota partai koalisi, yaitu masuknya Partai Amanat Nasional (PAN) ke dalam barisan partai pendukung pemerintah. ‎
"Presiden belum membicarakan itu. Fokus pada kerja. Tapi kita tahu, evaluasi tiap hari dan pada rapat terbatas," ujar Ari di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 19 Oktober 2015. ‎
Menurut dia, keputusan untuk reshuffle kabinet sepenuhnya berada di tangan Presiden Jokowi. Ia pun menekankan keputusan untuk mereshuffle menteri berdasarkan kinerja, bukan karena dasar politis.
"Pada dasarnya Presiden melakukan reshuffle ya basisnya itu, di performa menteri. Beliau tidak menekankan itu (alasan politis). Intinya, sampai saat ini beliau tidak membicarakan reshuffle. Fokus kerja," lanjut Ari.
Terkait kabar yang menyebut petinggi PAN telah mengajukan beberapa nama untuk dimasukan ke dalam kabinet kerja, Ari mengatakan kabar tersebut belum terkonfirmasi.
"‎Saya tekankan fokus Presiden ke performa kabinet, walaupun itu ada (dukungan PAN di pemerintah). Tapi basisnya evaluasi. ‎Satu tahun ini Presiden membangun pondasi yang kuat untuk perubahan fundamental termasuk reshuffle. Jadi yang utama kerja dululah," jelas Ari.
‎‎
‎Wacana reshuffle jilid II mencuat setelah ‎PAN mendukung pemerintah. Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional Totok Daryanto mengatakan, partainya telah menyodorkan 5 nama calon menteri kepada Presiden. Ia memastikan, kelima nama itu dapat membantu Jokowi-JK dalam menjalankan pemerintahan. (Sun/Ado)