Liputan6.com, Sleman - Fransiskus Subihardayan menjadi korban jatuhnya helikopter di Danau Toba, Sumatera Utara. Ia selamat setelah 3 hari 2 malam berjuang untuk tetap terapung di permukaan air.
Frans yang ditemui di kediamannya di Tegal Boyan, Purwomartani, Kalasan, Sleman, DIY mengatakan, helikopter yang ditumpanginya saat itu tertutup kabut sehingga harus bergerak ke arah kiri dan berada di ketinggian 3 ribu kaki. Keterangan dari Kementerian Perhubungan, ketinggian 3 ribu kaki Danau Toba termasuk pendek.
Setelah terjatuh, para awak keluar dan berusaha untuk mengambil sesuatu yang bisa digunakan agar tidak tenggelam. Namun setelah 3 jam, ia pun berpisah dengan para awak lain karena gelombang tinggi.
"Awalnya sama Pak Sugianto lalu pisah sendiri. Aku mencoba ambil sesuatu yang bisa buat aku mengambang. Ada eceng gondok aku masukkan ke baju. Itu dari pelatihan kelas satu SMA. Sifatnya dasar militer," ujar dia, Selasa (20/10/2015).
Selama 3 hari Frans tidak makan dan hanya mengandalkan minum air danau. Dia juga sempat akan memakan eceng gondok namun takut beracun. Sampai akhirnya ia hanya bisa tidur dengan mengambang.
"Tidak makan, hanya minum air danau saja. Kondisi badan lemas, tapi saya harus berusaha menuju ke daratan," kata dia.
Frans berusaha segera mencapai daratan agar cepat selamat. Namun ternyata butuh upaya yang besar karena kondisi badannya mulai lelah. Di tengah kondisi yang seperti itu ia lalu berpikir untuk alternatif pergi ke arah barat.
"Kami kan perginya ke timur, saya anggap jatuhnya di sebelah timur. Maka kami harus pergi ke barat. Berusaha tenang ke barat. Lihat jam 7 pagi lalu liat matahari. Masih pendek di sebelah sana maka saya harus ke sana. Biar cepat ketemu daratan. Kalau ke timur saya rasa semakin jauh," ujar dia.
Berkat usahanya itu, dia ditemukan tim SAR dan segera dilarikan ke rumah sakit. Frans berharap, pamannya Nur Haryanto yang juga penumpang helikopter segera ditemukan.
Â
Dia pun mendapat penghargaan khusus dari Ketua Tim SAR Serma Totok Santoso yaitu pemberian baret dan menjadi anggota keluarga kehormatan Marinir TNI AL.
"Tim angkatan laut. Iya dapat dari Serma Totok. Dia bangga saya bisa sampai 3 hari selamat. Sampai di RS dia langsung kasih baret. Ini baret dipakai jadi warga kehormatan Marinir. Digunakan sebaik-baiknya biar ingat dengan kami yang di sini," tandas Frans.
Helikopter milik PT Penerbangan Angkasa Semesta yang terbang dari Samosir hilang kontak Minggu 11 Oktober 2015 pukul 11.33 WIB saat menuju Bandara Kualanamu setelah terbang dari Siparmahan atau pantai barat Danau Toba melintasi Pematangsiantar.
Helikopter tersebut dipiloti Teguh Mulyatno dengan teknisi Hari Purwantono. Selain itu ada 3 penumpang, yaitu Nur Haryanto, Sugianto, dan Fransiskus. (Mvi/Sun)