Liputan6.com, Palembang - Musim kemarau panjang menyebabkan wilayah hutan di Sumatera Selatan terbakar, terbukti dengan banyaknya titik api yang terdeteksi melalui satelit NOAA18 dan Aqua/Terra Modis. Akibatnya, kabut asap mengganggu kehidupan warga sehari-hari di bidang sosial, ekonomi, kesehatan dan transportasi.
Titik api terbanyak berada di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir, sehingga hal ini menjadi prioritas dalam penanganan evakuasi.
Baca Juga
"Rencana evakuasi akan dilakukan terutama di wilayah terdampak kebakaran, seperti di Ogan Komering Ilir," ujar Komandan Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Sumsel Kolonel (Inf) Tri Winarno, seperti dikutip dari laman bnpb.go.id, Minggu (25/10/2015).
Advertisement
Evakuasi akan dilakukan di rumah singgah dengan fasilitas AC/kipas angin, karpet, matras, tenaga kesehatan, obat-obatan, tabung oksigen, ambulans, logistik, tenaga sosial, satpol PP, tenaga Kebersihan, MCK, dan air bersih.
Evakuasi udara akan menggunakan helikopter dan diprioritaskan untuk pasien luka parah atau yang membutuhkan pertolongan segera. Sedangkan evakuasi melalui jalur laut untuk menghindar dari daerah yang terkena dampak asap sehingga mendapatkan kondisi yang lebih baik dengan mengunakan KRI di Selat Bangka.
Rumah singgah untuk tempat evakuasi terdapat di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir dan di Kota Palembang yaitu Asrama Haji dengan daya tampung sekitar 500 orang dan Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) sebanyak 300 orang.
"Tempat evakuasi merupakan ruang tertutup, di mana asap tidak masuk, ruang tersebut harus ber-ac," ujar Resti, petugas dari Dinas Kesehatan setempat. (Ado/Ali)