Liputan6.com, Jakarta - Rasa sedih yang mendalam masih belum hilang dirasakan keluarga AAP (12), siswi kelas VII MTS Al Mubarok, Bendungan Walahar, Benhil, Jakarta Pusat. Dia ditemukan tewas di kawasan Perhutani, Jasinga, Bogor, Jawa Barat.
Tewasnya AAP juga masih menjadi misteri yang tengah coba diungkap kepolisian resort Bogor.
Kakak kandung korban AAP, Angga (23) mengatakan, adiknya memang seringkali bermain sampai akhirnya pulang malam. Tak ada firasat yang muncul saat sang adik pergi pamit untuk bermain ke rumah rekannya pada Kamis 22 Oktober 2015. Sebab yang bersangkutan memang doyan main bersama teman-temannya.
Advertisement
"Biasanya memang sering pulang malam. Habis sekolah langsung main. Ya pulang biasanya jam 22.00 WIB atau jam 23.00 WIB malam. Tapi kemarin ditungguin sampai jam 12 malam enggak pulang-pulang," kata Angga, Jakarta, Senin (26/10/2015).
Ia melanjutkan, sejak Kamis malam lalu, dirinya beserta sang Ibu sudah mencoba mencari ke rumah teman yang menjadi tempat biasa korban bermain. Namun nihil. Kecemasan pun mulai hinggap saat sang adik tak kunjung pulang hingga hari ketiga meninggalkan rumah.
"Ada ya info-info enggak jelas, katanya dibawa ke sini, ke situ, tapi enggak ada," ujar Angga.
Ibu korban, Gariani (53), mengatakan, selama ini anaknya memang doyan main selepas pulang sekolah. Namun, korban tak pernah sampai menginap. Saat itu, ia mengaku juga tak mengetahui kemana pergi anak gadisnya itu. Ia tak menyangka putrinya justru ditemukan tewas di wilayah Bogor.
"Biasa main tapi enggak pernah sampai nginap. Sejak Kamis sore itu dia pergi main enggak tahu di mana, terus enggak pulang lagi sampai akhirnya ditemukan di Jasinga. Saya cari ke teman laki-lakinya yang tinggal di Pejompongan. Teman biasa. Tapi enggak ada juga," kata Gariani.
Korban Bocah Pendiam
Gariani melanjutkan, korban adalah anak yang baik. Selama ini korban dinilai tak banyak tingkah atau menyusahkan orangtua. Korban pun, cenderung pendiam dan tertutup. Terlebih jika ada masalah.
Ia mengaku tak melihat tanda-tanda atau keanehan dari korban jelang kepergiannya.
"Nggak murung kok. Tapi memang dia orangnya tertutup. Jarang cerita ke saya. Kalau curhat biasanya ke orang lain," ujar Gariani.
Kakak kandung korban, Angga juga mengamini jika sang adik cenderung pendiam. Kalaupun berbicara di tengah-tengah keluarga, itupun hanya sekadarnya saja. Namun saat ingin pergi main, korban tak pernah lupa untuk pamit dan bilang pada orangtua, termasuk juga kepada dirinya.
"Kalau ada apa-apa dia suka enggak bilang juga. Paling ngobrol, bercanda biasa aja," ujar Anggga.
Sepupu korban, Retno mengungkapkan, bahwa Adinda pergi dari rumah sejak Kamis 22 Oktober 2015. Saat itu, menurut Ibu korban, Adinda pergi ingin ke rumah kawannya. Dengan alasan itu keluarga pun tak melaporkan kehilangan Adinda.
"Pamitnya dari Kamis. Kok anaknya belum pulang. Bilangnya katanya mau ke rumah teman. Ya enggak laporan ke polisi juga kan bilangnya ke rumah teman," kata Retno saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin 26 Oktober 2015.
Dari informasi yang diperoleh, banyaknya bekas luka dan bekas darah mengering menjadi petunjuk kuat Adinda diduga tewas dianiaya.
"Ya begitu sih katanya (dianiaya). Ya kita serahkan aja mas sama polisi," ujar Retno. (Ali/Dan)