Liputan6.com, Surabaya - Setelah dirawat selama 8 hari di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo, pendaki korban kebakaran Gunung Lawu, Magetan, Jawa Timur meninggal dunai.
Pendaki yang bernama Eko Nurhadi itu sebelumnya sempat menjalani perawatan di ruang Intensive Care Unite (ICU) RSUD dr Soetomo pada Senin 19 Oktober 2015. Namun pada Senin 26 Oktober 2015 sekitar pukul 16.00 WIB, dia menghembuskan napas terakhirnya.
Istri Eko, Nuri mengatakan, setelah menjalani operasi pembersihan luka bakar atau debridement pada wajah dan kedua tangannya kondisinya masih sadar dan masih bisa diajak berbicara meskipun bibirnya tidak dapat mengucapkan sepatah kata.
"Ketika saya masuk ke ruang ICU, dan saya ajak bicara dan berdoa seketika itu juga pendengarannya masih merespons. Namun, cara menjawabnya hanya dengan isyarat mengangguk-anggukkan kepala karena menggunakan alat bantu pernapasan yang dimasukkan melalui di mulut dan hidung," kata Nuri di rumah sakit.
Nuri menerangkan, kondisi suaminya semakin menurun ketika menjalani operasi pembersihan luka yang kedua kalinya dan melakukan tindakan amputasi pada jari telunjuknya karena infeksi.
"Setelah operasi kedua, kondisi mas Eko semakin menurun hingga tekanan darahnya pun sempat drop, dan harus diberikan bantuan pernapasan menggunakan mesin," imbuh Nuri.
Nuri menyatakan, dia selalu memberi semangat kepada suaminya, agar sabar menjalani cobaan dan apabila sembuh nantinya akan pergi umroh bersama.
"Saya kemarin bernazar dan membisikkan di telinga Mas Eko kalau sembuh kita pergi umroh, jadi mas harus sabar dan iklas menjalani cobaan ini, ayo mas semangat agar pulang dan sambil berdoa, istighfar dalam hati, agar cepat diberi kesembuhan," tandas Nuri sambil menangis.
Luka Trauma Pernapasan
Sementara itu, Kepala IRD dr Soetomo, dr Urip Murtedjo SpB-KL menjelaskan, dalam tubuh Eko terdapat luka lain yaitu trauma inhalasi gangguan saluran pernapasan, sehingga terjadi pembengkaan pada paru-paru. Oleh karena itu tim dokter memberikan alat bantu pernapasan atau mesin respirator.
"Respirator untuk memacu kinerja dari paru-parunya juga telah diberikan hal, namun takdir sudah berkata lain," kata dr Urip.
Dr Urip menyatakan, korban juga mengalami gangguan di ginjal karena tidak kencing sejak terkena luka bakar dan banyak kehilangan cairan elektrolit akibat lambatnya evakuasi.
"Jadi dari kejadian sampai rumah sakit membutuhan waktu yang panjang. Sampai IGD jam 3 pagi. Lambatnya resusitasi (Mengembalikan fungsi pernapasan dan jantung yang tergangu) membuat korban banyak kehilangan cairan elektrolit," papar dr Urip.
"Untuk saat ini jenazah divisum dan disucikan setelahnya dibawa pulang ke Dusun Puntuk, Desa Brangkal, Kecamatan Karangjati, Kabupa ten Ngawi, Jawa Timur untuk dimakamkan," pungkas dr Urip. (Mvi/Ali)