Liputan6.com, Padang - Kabut asap membuat nelangsa. Sudah berbulan-bulan bencana yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan ini belum jua teratasi.
Saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Lektor Kepala Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Zeily Nurachman mencoba mencari solusi. Setidaknya agar rakyat bisa sedikit bernapas meski di tengah kepungan asap.
Zeily menciptakan sebuah alat yang dipercaya dapat mengurangi sedikit konsentrasi partikulat di udara. Nantinya alat itu diletakkan di kelas-kelas sekolah.
Dia melakukan uji coba perdananya di SDN Percobaan, Jalan Ujung Gurun No 56, Kota Padang, Sumatera Barat, pada Selasa 27 Oktober 2015. Dari percobaan itu diketahui alat tersebut setidaknya bisa mengurangi partikel berbahaya dalam udara, seperti partikel debu yang berukuran kurang dari atau sama dengan 10 mikron atau Particulate Matter/PM10.
"Sistem yang kita pasang di SD Percobaan Padang mampu menurunkan konsentrasi aerosol (bahan yang melayang di udara) PM10 atau ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) dalam ruangan ke angka 78 mikrogram per meter kubik," papar Zeily kepada Liputan6.com di Padang, Sumbar, Kamis (29/10/2015).
"Sementara ISPU di luar sampai 288 mikrogram per meter kubik," imbuh dia.
Lalu bagaimana cara membuatnya?
Caranya cukup sederhana. Hanya dengan menyiapkan aquarium berukuran bebas. Namun semakin lebar permukaannya akan semakin baik.
"Siapkan pula aerator atau alat penghasil gelembung udara dalam air. Kemudian siapkan air alga hijau seukuran botol air mineral," jelas dia.
Ketiga bahan tersebut digunakan untuk menyerap karbondioksida atau CO2 dalam ruang kelas. Kemudian, untuk memastikan udara luar tidak banyak yang masuk ke dalam ruangan, tutup ventilasi kelas dengan kain filter atau penyaring.
Untuk memaksimalkan fungsinya, semprotkan cairan basa atau air kapur tohor di kain filter tersebut. Udara dari luar akan dihambat masuk ke dalam kelas.
"Alga (dalam aquarium) itu akan memakan partikel yang sisa, dan menyebar oksigen. Begitu konsepnya," lanjut dia.
Untuk memperlancar sirkulasi udara, ia memasang dua kipas angin penyaring debu. "Jangan lupa pastikan lampu neon menyala dengan sempurna agar siswa mendapatkan cahaya cukup dalam ruangan yang tertutup kain filter," pungkas Zeily.
Meski dianggap sukses, dia menyatakan, penemuannya ini masih harus dievaluasi. (Ndy/Mut)*
Peneliti ITB Ciptakan Bungker Peredam Debu Kabut Asap
Setidaknya masyarakat bisa sedikit bernapas meski di tengah kepungan asap.
Advertisement