Sukses

Saksi Pembantaian PKI: Mereka Dibariskan dan Dibunuh Pakai Pedang

Menurut Kakiang Kerende, para anggota PKI itu semuanya ditangkap dan dikumpulkan. Tidak ada perlawanan.

Liputan6.com, Denpasar - Desa Pakraman Batuagung, Jembrana, Bali, telah membongkar kuburan massal anggota PKI di Jalan Desa Banjar Adat Mesean, Desa Pakraman, tepatnya di depan SDN 3 Batuagung.

Dalam pembongkaran itu, tulang belulang jenazah ditemukan dalam kuburan massal tersebut. Rencananya, tulang belulang itu akan diaben sesuai adat dan kepercayaan Hindu.

Seorang warga Mesean yang merupakan saksi peristiwa G30S PKI yang masih hidup hingga saat ini, Kakiang Kerende (96), menuturkan jenazah di kuburan massal itu dikubur awal tahun 1966.

"Setelah kejadian G30S di Jawa," ujar Kakiang dalam bahasa Bali. Usia yang sudah sepuh membuat pendengaran Kakiang terganggu.

Pembongkaran kuburan massal eks anggota PKI di Jembrana, Bali. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Menurut Kakiang, setelah kasus G30S di Jawa pecah dan para anggota PKI ditumpas, anggota PKI di Jembrana semuanya menyerah. "Termasuk yang di Mesean ini. Para anggota PKI yang memang warga sini tidak ada yang berani melawan. Semuanya menyerah," tutur Kakiang.

Setelah itu di Banjar Mesean, menurut Kakiang Kerende, para anggota PKI semuanya ditangkap dan dikumpulkan. Tidak ada perlawanan, mereka hanya pasrah.

"Mereka lantas digiring ke tempat ini (tempat kuburan masal). Kemudian mereka dibariskan dan dibunuh secara bersamaan. Saya sendiri melihatnya," ucap kakek tersebut.

Kakiang mengatakan, ada 9 warga lokal Mesean yang dibunuh dan dikubur di tempat tersebut dan 2 warga pendatang, seorang dari Tabanan dan seorang lagi dari Lateng, Negara.

"Yang dari Tabanan itu memang tinggal di sini beberapa hari sebelum dibantai. Dia kabur dari Tabanan ke sini karena takut ditangkap. Begitu pula yang dari Leteng," tutur dia.

Namun akhirnya, kata Kakiang Kerende, mereka tertangkap di Mesean dan akhirnya dieksekusi oleh warga PNI dengan menggunakan pedang.

"Mereka memang anggota PKI, tapi setahu saya mereka tidak melakukan pemberontakan. Yang jelas saat itu, memang ada perintah untuk menangkap dan menumpas anggota PKI, seperti daerah-daerah lainnya," kata kakek berjenggot putih ini.

Menurut Kakiang, awalnya di kuburan massal itu terdapat 11 jasad anggota PKI, 9 warga lokal dan 2 warga pendatang. Namun kini tinggal 9, karena 2 jenazah sudah diambil dan diaben pihak keluarganya pada 1984 lalu. (Sun/Sss)*

Video Terkini