Sukses

Kontras: Polisi Tak Serius Usut Kasus Salim Kancil

Kontras beralasan penyerangan terhadap aktivis tambang lainnya yang juga rekan Salim Kancil masih terus terjadi di Lumajang.

Liputan6.com, Malang - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Surabaya mengkritik kinerja kepolisian dalam mengusut kasus pembunuhan Salim Kancil. Salim Kancil merupakan aktivis penolak tambang yang tewas dianiaya sekelompok orang tak dikenal di desanya, Selok Awar-awar, Jawa Timur.

Kontras beralasan penyerangan terhadap aktivis tambang lainnya, Hamid yang juga rekan Salim Kancil, masih terjadi di Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu, 31 Oktober 2015.

"Adanya kejadian ini menunjukkan kepolisian tak serius dalam bekerja. Seharusnya kepolisian sudah bisa mengantisipasi agar kejadian ini tak terjadi," kata Koordinator Badan Pekerja Kontras Surabaya Fathkul Khoir di Malang, Jawa Timur, Senin (2/11/2015).

Ia mengatakan fungsi intelijen di kepolisian juga tak berjalan. Sebab, seharusnya aparat kepolisian mampu memetakan ancaman apa saja yang bisa terjadi kepada para aktivis anti-tambang. Kepolisian juga tak serius dalam mengusut kasus penyerangan yang menyebabkan tewasnya Salim alias Kancil.

"Kecolongan dengan kejadian ini menunjukkan kepolisian tak serius dalam mengusut kasus tewasnya Salim Kancil sampai tuntas," kata Khoir.

Menurut dia, belum semua aktor intelektual pelaku penyerangan terhadap Salim Kancil dan Tosan ditangkap. Siapa penyandang dana sesungguhnya aktivitas tambang ilegal di Desa Selok Awar-awar juga tak terungkap. Karena itu, tak menutup kemungkinan intimidasi terhadap aktivis anti tambang Lumajang bisa kembali terjadi.

"Kepolisian harus memprioritaskan penanganan kasus ini sampai tuntas. Beri rasa aman pada aktivis anti tambang sampai kasus ini selesai," ujar Khoir.

Penyerangan Aktivis

Sebelumnya, rumah Hamid, warga Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang, diserang hingga jendela kaca depan pecah. Hamid juga diancam dibunuh oleh pelaku. Hamid adalah salah satu rekan Salim Kancil dan Tosan yang aktif menyuarakan penolakan aktivitas penambangan pasir di desanya.

Pelaku penyerangan adalah Iwan, 21 tahun, warga Dusun Krajan I Desa Selok Awar-awar. Iwan adalah adik salah satu tersangka dari 37 orang yang diamankan terkait dengan tragedi di Desa Selok Awar-awar pada 26 September 2015. Iwan juga masih keponakan dari Kepala Desa Selok Awar-awar, Haryono, yang turut diamankan di Mapolda Jawa Timur.

"Pelaku juga berteriak-teriak mengancam akan membunuh saya," kata Hamid.

Kapolres Lumajang AKBP Fadly Munzir tak dapat dikonfirmasi. Pesan pendek yang dikirim juga tak dibalas. (Nil/Mut)**