Liputan6.com, Jakarta - Foto pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Suku Anak Dalam saat berkunjung ke Jambi ramai menjadi perbincangan para netizen. Dari beberapa gambar yang diunggah Tim Komunikasi Presiden, salah satu foto, yakni pertemuan antara Jokowi dengan Suku Anak Dalam, dituding sebagai foto rekayasa alias settingan. Pembicaraan mengenai hal itu ramai dibahas di media sosial. ‎
Foto yang menjadi perbincangan itu adalah gambar dialog antara sang Presiden dengan beberapa orang dari Suku Anak Dalam di Desa Bukti Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Di gambar itu, terlihat Presiden tengah berbincang dengan lima orang Suku Anak Dalam tanpa mengenakan pakaian lengkap. ‎
Para penuding menyatakan kronologinya pertama kali adalah foto Jokowi berdialog dengan anggota Suku Anak Dalam berlatar rumah dari kayu. Mereka berpakaian lengkap.
Advertisement
Kemudian, pada pertemuan selanjutnya, menurut mereka, tergambar dalam foto berlatar kebun sawit dan bertelanjang dada. Pihak-pihak tersebut menyatakan orang-orang pada gambar itu disebut sama dan rekayasa semata.
Menteri Sosial Khofifah Indarparawansa mengaku geram atas munculnya tudingan settingan dalam foto itu. Menurut dia, foto yang beredar, baik yang hanya mengenakan pakaian tradisional maupun yang berpakaian lengkap, adalah pertemuan yang memang benar-benar dilakukan Jokowi.
"Itu yang di titik pertama (yang tanpa mengenakan baju) adalah Suku Anak Dalam yang hutannya terbakar. Mereka itu waktu Presiden datang, 10 hari di tempat itu. Setelah itu, masuk titik kedua (sudah mengenakan baju). Itu yang sudah KAT, yakni komunitas adat terpencil. KAT dibangun Kemensos tahun 2013 dan ditempati pada 2014," ujar Khofifah saat berbincang dengan Liputan6.com di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, (2/11/2015).
‎
Menurut Khofifah, dalam pertemuan antara Jokowi dengan perwakilan Suku Anak Dalam di titik pertama, Presiden berdialog dengan beberapa di antara mereka.
Seorang penerjemah bernama Husni Thamrin selalu mendampingi Presiden Jokowi. Bahkan dalam dialog itu Jokowi tak didampingi menteri.
Baca Juga
"‎Ini beda tempat, beda orang, beda situasi. Di tempat ‎pertama dan kedua beda tumenggung. Tumenggung itu seperti kelompok-lah yah. Kalau di KAT itu Tumenggung grit. Yang pertama, mereka yang dari dalam. Karena hutannya terbakar, karena mereka terpinggir. ‎Di titik pertama itu," ucap Khofifah.
Usai menemui Suku Anak Dalam di titik pertama, sekitar sore hari Jokowi kembali menemui kelompok‎ Suku Anak Dalam yang lain dan memberikan bantuan. Walau masih satu desa, lokasi dari titik pertama ke tempat kedua tidak terlalu jauh, yaitu hanya sekitar 500 meter. Di tempat kedua Jokowi memberi bantuan berupa sembako hingga Kartu Indonesia Sehat untuk keperluan mereka berobat.
"Presiden dari tempat pertama ke tempat yang kedua itu naik mobil. Dan itu beda tempat, beda orang dan beda situasi," ujar Khofifah.
Salah satu isi dari dialog tersebut adalah Jokowi menawarkan rumah tinggal untuk warga suku menetap. Namun warga meminta sejumlah persyaratan yang salah satunya permukiman itu harus dibangun di dalam hutan.‎
‎
Mengenai tudingan rekayasa kesamaan orang bertelanjang dada dengan warga Suku Anak Dalam yang berpakaian lengkap, Khofifah tampak kesal dengan tudingan itu. Ia mengakui wajah warga suku Anak Dalam mempunyai kemiripan bila dilihat dari ketebalan rambut. Namun sosok yang ada pada dua foto yang beredar merupakan orang yang berbeda.
"Yang kemarin Presiden datang di titik Sarolangun. Kalau saya lihat, kepala dari belakang itu sama. Saya juga kaget karena kok rambutnya tebal-tebal ya. Dari anak-anak, rambutnya mereka tebal-tebal. Dari Suku Anak Dalam Batanghari, Merangin, hingga Sorolangun memang seperti itu," ucap Khofifah.
‎
‎"Aku sampai geli, gimana bisa kepala dianggap sama. Bagus kalau Anda turun, lalu dicek rambut mereka tebal. Kalau Anda lihat dari belakang ya sama semua. Jadi apakah yang di Batanghari, di Merangin. Saya dari depan pun bilang mereka mirip-mirip ya," ucap Khofifah.
Dia menganggap penyebar foto tersebut sengaja melakukan tindakan tersebut sebagai bentuk fitnah untuk menghambat kerja pemerintah. Lalu, apakah dirinya berniat melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian?
"Ah, aku enggak tahu kalau itu. Biar itu urusannya Kapolri," ujar Khofifah. (Ali)**