Sukses

Fakta Menarik Seputar Kehidupan Suku Anak Dalam di Jambi

Ada beberapa kelompok Suku Anak Dalam melarang perempuan dewasa difoto atau sekadar diajak ngobrol.

Liputan6.com, Jambi - Baru-baru ini beredar sejumlah foto yang merekam pertemuan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan kelompok Orang Rimba Jambi atau Suku Anak Dalam (SAD). Pertemuan itu berlangsung di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi.

Sejak pertemuan itu, Suku Anak Dalam pun menjadi sorotan. Ada beberapa fakta menarik seputar kehidupan Suku Anak Dalam di hutan Jambi ini.

Rudy Shaf yang mendampingi orang Suku Anak Dalam selama belasan tahun mengungkapkan, sebutan Suku Anak Dalam sebenarnya sebutan atas nama sejumlah suku di Jambi yang dibuat pemerintah sekitar awal 1990.

"Jadi ada Orang Rimba, Suku Bathin IX, hingga suku di pesisir timur Jambi disamakan namanya menjadi Suku Anak Dalam," ujar pria yang juga Manajer Komunikasi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI Warsi) saat dihubungi Liputan6.com di Jambi, Senin (2/11/2015).

Presiden Jokowi saat mengunjungi Suku Anak Dalam di Jambi. (Facebook Presiden Jokowi)

Terkait foto yang menggambarkan pertemuan Presiden Jokowi dengan kelompok Suku Anak Dalam di Desa Bukit Suban beberapa hari lalu, ia menyebut itu adalah kelompok Orang Rimba.

Menurut Rudy, Orang Rimba di Jambi kini terbagi menjadi 3 kelompok. Pertama, mereka yang lahir dan tinggal di dalam hutan. Kedua, kelompok yang sejak lahir tinggal di kawasan perkebunan sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Dan terakhir, kelompok yang sudah membaur dan tinggal di kawasan pedesaan bersama warga lain pada umumnya.

"Nah yang ada di foto bersama Presiden Jokowi, jika masuk kategori kelompok ketiga dan kedua itu mungkin. Jadi ketika konteksnya berbicara soal bantuan rumah, ada Orang Rimba yang mau dan menolak juga," jelas Rudy.

Presiden Jokowi saat mengunjungi Suku Anak Dalam di Jambi. (Facebook Presiden Jokowi)

Sementara kelompok Suku Anak Dalam di kawasan hutan terbilang masih sangat memegang erat budayanya. Di mana kelompok tersebut melarang wanita dewasa bertemu orang dari luar. Bahkan beberapa kelompok yang menghuni pedalaman Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) di Kabupaten Sarolangun, melarang perempuan dewasa difoto atau sekadar diajak ngobrol.

Selain mencari makan dengan cara berburu, jelas Rudy, sejumlah kelompok Orang Rimba juga berkebun karet dan mencari getah damar. Hasil kebun mereka dibawa menggunakan sepeda motor untuk dijual ke pengepul di pasar.

Rudy menyebutkan, dari sensus yang dilakukan KKI Warsi, populasi Orang Rimba di Jambi mencapai 3.700 orang. Jumlah itu menyebar di 3 titik. Pertama, di kawasan TNBD yang membentang di Kabupaten Sarolangun dan Batanghari berjumlah sekitar 1.700 orang.

Kedua, Orang Rimba yang menempati daerah lintas Sumatera berjumlah sekitar 1.500 orang dan ketiga, kelompok Orang Rimba yang mendiami kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) berjumlah sekitar 500 orang. (Ali/Sun)