Liputan6.com, Jakarta - Kabar terkait pengemudi Go-Jek akan melakukan unjuk rasa atau demo, hingga kini masih belum terlihat. Bahkan dari pengemudi Go-Jek, ada yang memilih menarik penumpang daripada ikut demo.
Budi, pengemudi Go-Jek, mengetahui ada rencana unjuk rasa di kantornya. Namun, dia lebih memilih tetap menarik penumpang, ketimbang berdemo, lantaran anak dirumahnya meminta jajan.
"Saya kerja saja lah hari ini. Anak di rumah nangis minta jajan, kalau enggak kerja gimana," kata Budi di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (3/11/2015).
Advertisement
Selain alasan anaknya menangis, Budi juga membenarkan imbauan dari pihak manajemen Go-Jek untuk tidak ikut berunjuk rasa. Imbauan itu pun menguatkan dirinya untuk urung ikut aksi.
Baca Juga
Hal serupa juga disampaikan driver Go-Jek lainnya, Ubaidillah. Dia tahu ada keluhan dari beberapa kelompok driver tentang perubahan argo yang berlaku mulai Rp 4.000 ke Rp 3.000 per kilo meter. Tapi, bagi dia, hal tersebut masih wajar.
"Itu sih wajar. Buat saya yang berasal dari ojek pangkalan ya saya tetap milih kerja daripada demo," kata Ubai.
Sejak aturan berlaku mulai 2 November 2015, Ubai memang sudah merasakan berkurangnya pendapatan. Tapi, jumlahnya masih wajar.
"Misalnya biasa Rp 100 ribu, sekarang dapatnya Rp 80 ribu. Ya masih wajar lah. Toh selama ini perusahaan juga merhatiin kita," tutup Ubai.
Sebelumnya, dikabarkan pengemudi Gojek di kawasan Jakarta dan sekitarnya berencana melakukan aksi protes. Alasannya, perusahaan pengelola aplikasi ojek online itu melakukan perubahan kebijakan penurunan tarif dan bonus.
Tarif jarak per kilometer yang sebelumnya adalah Rp 4.000 kini diubah menjadi Rp 3.000 per kilometer per 2 November 2015. Sementara bonus Rp 50.000 per hari yang sebelumnya didapat mitra pengemudi dari mengumpulkan lima poin, kini bisa didapat jika mengumpulkan delapan poin per hari. (Put/Mut)