Liputan6.com, Yogyakarta - Sejak statusnya dinyatakan waspada atau level II, Gunung Barujari di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), menjadi perhatian. Apalagi setelah letusan si anak Gunung Rinjani tersebut sempat membuat 3 bandar udara ditutup sementara.
Gunung Barujari memang disebut sebagai anak Gunung Rinjani lantaran posisinya yang menyatu dengan Gunung Rinjani. Barujari terletak di sisi timur kaldera Rinjani.
Karena itu, semestinya letusan yang terjadi sejak 25 Oktober 2015 disebut sebagai letusan Gunung Rinjani dan bukannya letusan anak Gunung Rinjani atau Barujari.
Seperti dipaparkan tenaga ahli bidang kebencanaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono.
"Dahulu (Rinjani) namanya Samalas, meletus abad ke-13 lalu, punya kaldera luas. Tumbuhlah di tengahnya ada kerucut aktif di sana. Itu namanya Gunung Barujari," kata pria yang karib disapa Mbah Rono tersebut di Yogyakarta, Kamis (5/11/2015).
Kisah Rinjani dengan Barujari ini sama seperti Gunung Bromo di Jawa Timur dengan kaldera Tengger. Bromo adalah 1 di antara 5 gunung yang terbentuk di kaldera Tengger.
"Di Bromo itu ada kaldera Tengger. Muncul bisul di tengah kerucut aktif kaldera Tengger namanya Gunung Bromo," tutur dia.
Karena itu, penyebutan letusan Gunung Barujari dirasa kurang tepat. "Gunung Rinjani meletus melalui kerucut aktif yang disebut Gunung Barujari itu yang benar," ujar Mbah Rono.
Advertisement
Tanpa Rinjani, Barujari Tak Ada
Mbah Rono menjelaskan bahwa yang terjadi saat ini adalah Gunung Rinjani meletus melalui kerucut aktif dalam kaldera yang disebut Gunung Barujari. Gunung Barujari, kata dia, tidak akan ada tanpa Gunung Rinjani. Sementara Gunung Rinjani tetap ada walau tanpa Barujari.
"Gunung Barujari itu gunung api di dalam kaldera Gunung Rinjani, secara sistem Gunung Rinjani," ujar dia.
Mbah Rono mengatakan sifat magma itu mencari celah untuk keluar dari perut Bumi di dalam gunung. Proses keluarnya magma yang sudah berjalan lama lalu membentuk kerucut yang menyerupai gunung.
"Benda cair itu muncrat. Lama-lama muncul kayak bisul. Kayak kaldera Tengger. Kalau di situ sudah keluar, ngapain cari-cari tempat lain," ujar Surono.
Ini bukan kali pertama Gunung Rinjani 'batuk' lewat si Barujari. Dikutip dari situs Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dalam kurun 1846-2009 tercatat telah beberapa kali terjadi letusan, yakni pada 1944 (awal mula terbentuknya Gunung Barujari), 1966, 1994, dan 2004.
Terakhir pada 2009, gunung yang secara administratif berada di 3 wilayah kabupaten, yakni Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Barat itu meletus dan memakan korban 31 jiwa akibat banjir bandang yang mengiringi. (Ndy/Sun)**
Advertisement