Liputan6.com, Serang: Keberanian Yeyen Komalasari untuk mengolah limbah pabrik menjadi beraneka kerajinan tangan kini berbuah manis. Usaha yang dirintis bersama sang kakak sejak tahun 2004 di rumahnya di Serang, Banten, telah mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Yeyen menamakan tempat usahanya Naniwa House.
Awalnya, Yeyen hanya ingin berwiraswasta dengan modal yang murah dan terjangkau. Dia bersama sang kakak akhirnya sepakat memilih kulit sintetis sebagai bahan baku. Bahan ini biasa digunakan menyaring bijih besi. Kulit yang telah menjadi limbah dicuci sebanyak 10 hingga 20 kali supaya steril. Setelah kering, kulit dipotong sesuai pola yang diinginkan.
Secara keseluruhan, Yeyen memiliki 180 pola. Sisa kulit dengan potongan terkecil dijadikan cincin atau gantungan kunci. Sedangkan limbah kulit yang masih lebar dijadikan pelapis helm. Untuk bentuknya, konsumen biasanya menyukai yang ekstrem, semisal tengkorak.
Yeyen membandrol hasil karyanya mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 200 ribu. Gantungan kunci dan cincin dihargai paling murah dibandingkan helm dan tas. "Tergantung proses pembuatannya. Semakin sulit, semakin mahal," ucap Yeyen.
Sebagai media promosi, Yeyen rutin mengikuti berbagai pameran seperti Inacraft dan Ikra. Respons yang diperoleh cukup baik sehingga usaha ini bisa berkembang. Pesanan yang semakin banyak menjadikan gadis berdarah Sunda ini membuka lapangan pekerjaan bagi warga di sekitar rumahnya. Kini, Yeyen melibatkan 20 orang untuk proses produksi. Yeyen berharap bisa membuka sentra kerajinan di Serang sebagai wadah bagi perajin kecil seperti dirinya. Simak selengkapnya di video Usaha Anda edisi 5 Juli 2009.(IKA/ANS)
NANIWA HOUSE
Jalan K.S. Tubun IIIC No. 24 Jakarta
Kontak personal: Yeyen Komalasari
Telepon seluler: 0818 06825081 / 0812 132 1500
Awalnya, Yeyen hanya ingin berwiraswasta dengan modal yang murah dan terjangkau. Dia bersama sang kakak akhirnya sepakat memilih kulit sintetis sebagai bahan baku. Bahan ini biasa digunakan menyaring bijih besi. Kulit yang telah menjadi limbah dicuci sebanyak 10 hingga 20 kali supaya steril. Setelah kering, kulit dipotong sesuai pola yang diinginkan.
Secara keseluruhan, Yeyen memiliki 180 pola. Sisa kulit dengan potongan terkecil dijadikan cincin atau gantungan kunci. Sedangkan limbah kulit yang masih lebar dijadikan pelapis helm. Untuk bentuknya, konsumen biasanya menyukai yang ekstrem, semisal tengkorak.
Yeyen membandrol hasil karyanya mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 200 ribu. Gantungan kunci dan cincin dihargai paling murah dibandingkan helm dan tas. "Tergantung proses pembuatannya. Semakin sulit, semakin mahal," ucap Yeyen.
Sebagai media promosi, Yeyen rutin mengikuti berbagai pameran seperti Inacraft dan Ikra. Respons yang diperoleh cukup baik sehingga usaha ini bisa berkembang. Pesanan yang semakin banyak menjadikan gadis berdarah Sunda ini membuka lapangan pekerjaan bagi warga di sekitar rumahnya. Kini, Yeyen melibatkan 20 orang untuk proses produksi. Yeyen berharap bisa membuka sentra kerajinan di Serang sebagai wadah bagi perajin kecil seperti dirinya. Simak selengkapnya di video Usaha Anda edisi 5 Juli 2009.(IKA/ANS)
NANIWA HOUSE
Jalan K.S. Tubun IIIC No. 24 Jakarta
Kontak personal: Yeyen Komalasari
Telepon seluler: 0818 06825081 / 0812 132 1500