Sukses

Mensos Santuni Keluarga Salim Kancil dan Kebakaran Gunung Hutan

Mensos memberikan santunan ke keluarga korban kebakaran Gunung Wilis dan Gunung Lawu, serta keluarga aktivis anti-tambang Salim Kancil.

Liputan6.com, Ngawi - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mendatangi keluarga korban yang tewas akibat kebakaran hutan di lereng Gunung Wilis, Ponorogo, Jawa Timur. Ia memberi bantuan santunan kematian (BSK) kepada lima keluarga korban yang masing-masing menerima uang Rp 15 juta.

Mereka yaitu keluarga dari korban Jaimun (48), Paigun (25) dan Budianto (35) yang ketiganya merupakan petani sadap getah pinus, warga lingkungan Banyon, Dusun Blimbing, Desa Ngilo-ilo, Kecamatan Slahung, Ponorogo.

Selanjutnya, keluarga dari korban Suyitno (42) seorang anggota Polhut Perhutani KPH Lawu Ds, warga Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Ponorogo. Serta, keluarga korban Djadi (70) petani sadap getah pinus warga Sawoo, Ponorogo.

"Jumlah indeks yang diberikan sebesar Rp 15 juta per keluarga korban. Jumlah tersebut sama seperti yang diberikan ke korban kabut asap di Kalteng, Palembang, Pekanbaru, dan Jambi," ucap Khofifah di Gelanggang Olah Raga (GOR) Ngawi, Jawa Timur, Minggu (8/11/2015).

Mensos menjelaskan, uang sebesar Rp 15 juta rupiah itu diberikan kepada ahli waris korban dengan sistem transfer. Bukan berupa uang kontan.

"Tadi saya serahkan bukan uang tunai, tapi buku tabungan. Bantuan santunan kematian ini tidak diberikan secara fresh money, namun dengan sistem transfer," ujar Khofifah.

Korban Kebakaran Lawu

Khofifah menambahkan, sebetulnya di Ngawi sendiri juga ada delapan orang korban tewas akibat kebakaran hutan di lereng Gunung Lawu. Tapi hingga kini keluarga yang bersangkutan belum bisa menerima BSK karena masih proses administrasi.

Karena itu, dia meminta kepada pihak terkait segera mempercepat mengurus administrasi BSK bagi korban kebakaran Gunung Lawu.

"BSK untuk korban kebakaran hutan Gunung Lawu masih proses administrasi. Mereka nantinya juga memiliki hak yang sama setelah prosesnya selesai. Memang harus ada surat-surat yang dilampirkan. Surat dari kepala desa, rumah sakit atau dari dinas kesehatan, dan lainnya. Jika sudah lengkap, BSK segera ditransfer," beber Khofifah yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat NU.

Ia menuturkan, sejauh ini Kementerian Sosial mencatat terdapat 19 korban tewas akibat terdampak kabut asap. Jumlah tersebut tidak termasuk dengan delapan korban tewas kebakaran hutan Gunung Lawu dan lima korban tewas dalam peristiwa kebakaran hutan Gunung Wilis. Hal itu dikarenakan dampak asap berbeda dengan korban kebakaran hutan.

Sedangkan untuk korban luka-luka akibat kebakaran hutan Gunung Lawu, pihaknya tidak memberikan santunan. Sebab tidak masuk dalam tugas Kementerian Sosial.

Keluarga Salim Kancil

Khofifah juga mengungkapkan, keluarga korban aktivis anti-tambang liar Salim Kancil yang diduga tewas karena dikeroyok oleh anak buah Kepala Desa Selok Awar-awar, juga mendapat bantuan santunan kematian. Sama seperti korban tewas lainnya, ahli waris Salim Kancil juga menerima uang Rp 15 juta dalam bentuk tabungan.

"Tidak ada fresh money. Salim Kancil juga dalam bentuk tabungan," ujar Khofifah.

Ia kembali menegaskan pihak Kemensos tidak pernah mempersulit pencairan dana bantuan tersebut. Memang proses administrasi itu harus dilewati oleh ahli waris. Agar dana tersebut tidak jatuh ke tangan lain atau yang tidak terkait.

"Simpel saja kok. Yang jelas proses administrasi itu mudah, hanya minta surat kepala desa, rumah sakit dan lainnya. Nanti semua harus ditransfer," pungkas Mensos Khofifah. (Ans/Yus)