Sukses

Danlanud: Indonesia Digiring Masuk Konflik Laut China Selatan

Ada sejumlah pihak yang diduga memanfaatkan situasi di Laut China dengan memasukkan Kepulauan Natuna ke pusaran konflik.

Liputan6.com, Pekanbaru Komandan Lapangan Udara (Danlanud) TNI AU Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Marsma Henri Alfiandi menyatakan Indonesia perlu 'hadir' di konflik Laut China Selatan yang tengah memanas. Kehadiran yang dimaksud adalah untuk mengamankan teritorial Indonesia dari ancaman negara yang tengah berkonflik di kawasan tersebut.

"Melihat situasi Laut China Selatan yang memanas, Indonesia perlu hadir untuk mengamankan wilayah," kata Marsma Henri Alfiandi di Pekanbaru, Senin (9/11/2015).

Namun sejauh ini, Henri belum mendengar bahwa Kepulauan Natuna yang merupakan pulau terluar di Indonesia bakal direbut atau diklaim China sebagai wilayahnya.

"Sewaktu saya belajar hingga sekarang, belum ada pernyataan China mengklaim Natuna masuk ke wilayahnya. Itu bisa dilihat dari foto-foto wilayah China secara resmi," ucap Henri sambil menunjukkan foto dimaksud.

Namun belakangan, ada sejumlah pihak yang diduga memanfaatkan situasi di Laut China dengan memasukkan Kepulauan Natuna, Indonesia ke pusaran konflik di wilayah tersebut.

"Di Laut China itu, ada istilah nine dash line yang diklaim. Hal ini memperuncing situasi. Apalagi kemudian ada foto dari pihak tertentu yang memasukkan Natuna ke nine dash line itu," tutur Henri.

Padahal dari foto resmi, jelas dia, Natuna tidak masuk ke wilayah konflik itu. Kemudian ada foto yang dibuat pihak tertentu yang membuat Natuna masuk ke nine dash line.

Masuknya Natuna ke nine dash line diduga untuk memperburuk hubungan Indonesia dengan China. Indonesia seolah digiring ke konflik tersebut.

Menurut Henri, jika Natuna sewaktu-waktu direbut, Lanud Pekanbaru siap mengamankan dengan mengirimkan sejumlah armada tempur yang ada.

"Sekarang saja sudah dilakukan patroli, meski belum sampai ke wilayah konfllik itu. Patroli di perbatasan ini dilakukan dengan rutin seiring dengan memanasnya situasi di Laut China," ujar Henri. (Nil/Sss)