Sukses

Gusti Nurul, Feminis dari Pura Mangkunegaran Wafat

Cantik dan cerdas. Dua kata menggambarkan Gusti Nurul. Di zamannya, dia berani berpikiran moderen dan menolak ketabuan di balik keraton.

Liputan6.com, Jakarta - Keluarga besar Pura Mangkunegaran tengah berduka. Salah satu anggota keluarganya wafat, yakni G.R.Ay Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumowardhani. ‎Putri dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VII meninggal pada usia 94 tahun di Bandung, Jawa Barat, Selasa (10/11/2015).

Salah satu kerabat keluarga Gusti Nurul, ‎RAy Dyah Indrasari Kusumowidhayat mengatakan Gusti Nurul meninggal di Bandung pada hari Selasa sekitar pukul 08.20 WIB.

"Beliau meninggal pada Selasa pagi tadi. Gusti Nurul meninggal karena faktor gerah sepuh," kata dia di Solo, Selasa (10/11/2015).

Jenazah Gusti Nurul, kata Dyah, rencananya akan diberangkatkan dari Bandung menuju Jakarta pada Rabu besok. Selanjutnya dari Jakarta akan diterbangkan langsung menuju Solo menggunakan pesawat.

"Jadwal penerbangan paling awal. Kemungkinan sampai di Solo sekitar pukul 07.00 WIB," terang Dyah yang pernah tinggal bersama Gusti Nurul di Bandung saat menempuh pendidikan di Universitas Parahyangan.

Setibanya di Bandara Adi Soemarmo, Solo, jenazah akan disemayamkan terlebih dulu di Istana Pura Mangkunegara sebelum diberangkatkan menuju peristirahatan terakhirnya.

"Nanti jenazah akan disemayamkan di Pendhapi Mangkunegara," kata dia.

Setelah itu, ‎lanjut Dyah, jenazah akan diberangkatkan menuju pemakaman di Astana Girilayu, Matesih, Karanganyar pada pukul 11.30 WIB. Astana Giri Layu merupakan kompleks pemakaman keluarga Pura Mangkunegara.

"Beliau akan dimakamkan di Girilayu. Di kompleks tersebut terdapat makam Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV,V,VII dan VIII," jelas dia.

RAy Dyah Indrasari Kusumowidhayat menceritakan semasa hidupnya Gusti Nurul merupakan pribadi sangat sederhana, baik, sabar dan perhatian. "Beliau orang yang sangat baik sekali," kisah Dyah.

Gusti Nurul, dikatakan dia, wafat menin‎ggalkan 7 putra, 14 cucu dan 4 cicit.

Gusti Nurul saat remaja, kata dia, juga pernah menari di Kerajaan Belanda saat prosesi pernikahan Putri Juliana dengan Pangeran Benhard. Hanya saja saat itu, rombongan KGPAA Mangkunegara tidak membawa rombongan gamelan. Untuk itu, iringan musik gamelan dimainkan di Istana Pura Mangkunegara dan disiarkan langsung melalui siaran radio Solosche Radio Vereeniging.

Gusti Nurul semasa hidupnya dikenal memiliki pemikiran yang modern di zamannya. Meski hidup di tembok keraton yang sangat menjunjung nilai-nilai, Gusti Nurul tetap melakukan aktivitas-aktivitas yang dianggap tabu saat itu, salah satu contoh adalah olahraga berkuda dan renang.

Cerdas dan berwajah ayu jelas menjadi magnet setiap lelaki. Utamanya para public figure dan keraton. Dia juga menolak poligami yang dianggap lumrah dalam kehidupan keraton.(Dry/Ans)