Liputan6.com, Solo - Putri mendiang Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VII, Gusti Raden Ayu (GRAy) Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumowardhani meninggal dunia dalam usia 94 tahun pada Selasa kemarin, 10 November 2015, di Bandung, Jawa Barat.
Perempuan yang kerap disapa Gusti Nurul ini dikenal sebagai putri keraton yang multitalenta. Dia pandai menari, menulis puisi, berkuda, tenis, dan berenang. Dia juga disebut sebagai pendiri stasiun radio pertama di Indonesia. Gusti Nurul juga memiliki pemikiran yang modern di zamannya, meski hidup di tembok keraton yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai.
Baca Juga
Saat remaja, Gusti Nurul pernah menari di Kerajaan Belanda saat prosesi pernikahan Putri Juliana dengan Pangeran Benhard. Hanya saja saat itu, rombongan KGPAA Mangkunegara tidak membawa rombongan gamelan. Untuk itu, iringan musik gamelan dimainkan di Istana Pura Mangkunegara dan disiarkan langsung melalui siaran radio Solosche Radio Vereeniging.
Advertisement
Semasa muda, putri keraton yang dijuluki Kembang Kusumanegaran itu pernah ditaksir oleh banyak tokoh nasional seperti Sukarno, Sutan Sjahrir, dan Sultan Hamengkubuwono IX.
‎Putra pertama Gusti Nurul, KPH Sularso Basarah Soerjosoejarso mengatakan, semasa hidupnya sang ibunda pernah menceritakan tentang kisah cintanya sewaktu muda.
"Dulu ibu pernah cerita soal sejumlah tokoh-tokoh yang pernah mendekatinya," kata dia di Pura Mangkunegaran, Rabu (11/11/2015).
Kemudian dia membeberkan salah satu kisah cinta ketika didekati oleh Sultan Hamengkubuwono IX. Saat itu Ngarso Dalem ingin meminangnya untuk menjadi istri. Hanya saja ‎ibundanya menolak karena merasa tidak nyaman dengan istri Sultan. Gusti Nurul tidak mau dinikahi pria yang beristri.
Baca Juga
"Beliau merasa tidak nyaman karena Sultan Hamengkubuwono IX saat itu sudah punya garwo (istri). Jadi beliau tidak mau menyakiti perasaan garwo Sultan lainnya. Oleh sebab itu, lebih baik memilih tidak menerima pinangan itu," kata dia.
‎Selain dengan Sultan Hamengkubuwono IX, ujar Basarah, ibundanya juga menceritakan kisahnya dengan sang proklamator Sukarno. Saat itu Sukarno ingin mencari first lady sebelum menemukan Ibu Fatmawati sebagai Ibu Negara.
"Waktu itu belum sama Bu Fatma, mungkin Bung Karno ingin mencari pendamping untuk first lady. Terus ibu cerita jika beliau tidak suka yang sifatnya berpolitik‎ jadi merasa tidak nyaman," jelas dia.
Terkait cerita asmara ibundanya dengan Sutan Sjahrir, ‎Basarah mengungkapkan, pejuang kemerdekaan itu sering sekali memberikan hadiah kepada Gusti Nurul. Hanya saja ibundanya tidak begitu suka dengan aktivitas Sjahr‎ir yang berkecimpung dalam politik.
"Ibu itu tidak begitu senang dengan aktivitas politik sehingga beliau tidak mau menjadi istri Sjahrir," terang dia.
Lantas, Gusti Nurul memilih Soerjosoejarso, seorang perwira menengah tentara sebagai suaminya pada 24 Maret 2051 dalam usia 30 tahun. Usia yang sangat matang pada zaman kala itu. Setelah berumah tangga, ia memilih tinggal di Bandung, Jawa Barat. (Mvi/Sun)*