Liputan6.com, Yogyakarta - Gempa kembali mengguncang Yogyakarta, hari ini sekitar pukul 18.45 WIB. Kekuatan yang dikeluarkan 5,6 Skala Richter (SR). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan pusat gempa berada di 120 kilometer barat daya, Bantul.
"Gempa 5,6 Skala Richter pukul 18.45 WIB, tidak potensi tsunami ya. Dirasakan di seluruh DIY khususnya di sebelah selatan DIY," ucap Tony kepada Liputan6.com, Rabu (11/11/2015).
Gempa, bagi warga kota pelajar ini, bukan hal baru. Beberapa kali gempa menghampiri Yogyakarta.
Pada 4 Oktober 2015 lalu, empat kali Yogya diguncang gempa. BMKG mencatat, gempa terjadi pada pukul 07.06 WIB, 10.34 WIB, 23.40 WIB, dan 23.58 WIB.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Tony Agus Wijaya mengungkapkan gempa itu terjadi di wilayah Bantul dan Gunungkidul.
Dia menuturkan, gempa pertama yang mencapai 3,3 SR terjadi di 119 km barat daya Bantul dengan kedalaman 27. Gempa kedua, 3,4 SR yang terjadi di 129 km barat daya Bantul dengan kedalaman 35 km.
Advertisement
Sementara gempa ketiga, 4,8 SR yang terjadi di 118 km barat daya Gunungkidul dengan kedalaman 10 km. Gempa terakhir 3,7 SR terjadi di laut tepatnya 144 km barat daya Gunungkidul dengan kedalaman 37 km.
Sebulan sebelumnya, tepatnya Jumat (25/9/2015), warga yang tengah beristirahat dikejutkan oleh lindu berkekuatan 4,6 Skala Richter (SR), sekitar pukul 20.28 WIB.
Di akhir Mei 2015, gempa berturut-turut mengoyang Yogya. Kamis 28 Mei 2015 siang, lini 3,4 SR melanda Wonosari, Gunungkidul. Selanjutnya, gempa 4,9 SR menggoyang Bantul dan Gunungkidul pada Minggu 31 Mei 2015. Terakhir, gempa 2,9 SR terjadi pukul 05.15 WIB.
Pada Rabu, 2 April 2014, lindu 4,5 SR menggoyang Yogyakarta. Gempa yang terjadi pada pukul 18.21 WIB itu berpusat di darat 28 km tenggara Yogyakarta.
Namun di balik rentetan gempa dengan beragam kekuatan itu ada satu peristiwa bencana alam yang tidak pernah luput dari ingatan publik: gempa tektonik di Mei 2006, berkekuatan 5,9 SR atau setara 6,2 SR menurut Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).
Saat itu puluhan gedung, termasuk Candi Borobudur terdampak gempa. Korban tewas mencapai hampir tiga ribu orang.
Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono menjelaskan, sebab Yogya kerap dirundung gempa karena gempa ini justru dibutuhkan. Sebab gunung berapi perlu melepaskan energinya.
Selain itu gunung berapi ini juga perlu mengisi magma, karena sudah habis dimuntahkan pada 2010 lalu.
Mbah Rono mengatakan, masyarakat Yogyakarta tak perlu khawatir dengan gempa kecil yang saat ini sering terjadi. Sebab gempa besar belum akan terjadi hingga waktu yang lama. Selain di 2006, gempa besar juga pernah terjadi di Yogyakarta pada 1943.
"Kalau sekarang ada gempa kecil-kecil kapan energi ini terkumpul. Kalau lihat periode tahun 1943 ke 2006 kan puluhan tahun. Masak sih nggak sabar? Jangan keburu terjadi masih lama untuk terjadi gempa besar," ujar Mbah Rono. (Dry/Ans)