Liputan6.com, Yogyakarta - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilanda gempa yang cukup kuat pada Rabu 11 Novemver kemarin. Sebelum gempa, ribuan burung berada di bandara Adisutjipto Yogyakarta. Hal itu menimbulkan spekulasi adanya hubungan antara ribuan burung yang datang ke bandara terkait dengan gempa 5,6 Skala Richter.
Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) DIY Tony Agus Wijaya menegaskan, ribuan burung yang singgah ke Yogyakarta tidak terkait gempa yang terjadi kemarin.
"Aktivitas burung tidak terkait gempa. Sementara gempa susulan sampai saat ini tidak ada," ujar Tony Agus, Kamis (12/11/2015).
Hal senada juga diungkapkan pengamat Burung Yayasan Kutilang Indonesia Imam Taufiqurrahman. Menurut dia, gempa tidak mempengaruhi aktivitas burung yang sedang berada di Yogyakarta. Puluhan ribu burung yang saat ini sedang berada di Yogyakarta adalah burung yang sedang migrasi dan melintas.
"Sepertinya tidak ada hubungannya. Sudah fenomena tahunan. Kalau pengaruh itu ya paling mungkin kabut asap. Mereka jadi terhambat pergerakannya. Harus berhenti atau menghindar jadi tidak terlalu pengaruh gempa itu," ujar dia.
Baca Juga
Menurut Imam, berbagai jenis burung yang bermigrasi ke Yogyakarta tergolong dalam 3 kelompok. Pertama, burung kelompok pemangsa seperti elang, alap alap, dan burung hantu. Mereka biasanya singgah di gedung tinggi seperti tower, kabel, dan puncak gedung. Kedua, burung jenis air atau pantai juga melintas di Yogyakarta. Burung jenis ini biasanya ada di wilayah pantai seperti Pantai Trisik.
"Kelompok ketiga, burung jenis petengger kayak Jalak China, Layang Layang Australia. Jalak China pernah sampai 30 ribu itu jumlah paling besar di Indonesia tahun 2012 atau 2013 lalu. Dulu mereka singgah di km 0 sekarang di Ambarukmo Plaza. Teman saya hitung akhir bulan kemarin sampai 7 ribu," ujar Imam. (Mvi/Mut)