Liputan6.com, Jakarta - Politikus senior Golkar Ginandjar Kartasasmita menyatakan dualisme kepengurusan di partai berlambang beringin harus segera selesai. Bila dibiarkan, popularitas dan elektablitas Golkar makin hanyut.
"Makin berlarut-larut, makin hanyut Golkar," ujar Ginandjar, usai menerima Poros Muda Golkar, di rumah pribadinya, Jakarta, Kamis (12/11/2015).
Baca Juga
Para anggota Poros Muda Golkar yang hadir adalah Ketua DPP Golkar versi Munas Bali Ahmad Doli Kurnia, Juru Bicara Poros Muda Golkar Andi Sinulingga, Sekretaris Fraksi Golkar Munas Ancol Fayakun Andriadi, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Munas Ancol Lamhot Sinaga, dan Ketua DPP Partai Golkar Munas Ancol Melki Laka Lena.
Ginandjar menyampaikan, dalam sejarah partai tidak pernah posisi Golkar berada di bawah seperti sekarang. Bahkan, menurut sejumlah survei jelang Pilkada serentak, kader Golkar lebih memilih maju secara independen.
"Konflik ini sudah rugikan partai. Kita tak mau itu terjadi lagi. Sekarang, Golkar menurut beberapa survei sudah tak lagi nomor 2 tapi sudah nomor 3," kata dia.
Ketua Harian Palang Merah Indonesia ini mencontohkan Golkar hanya bisa mengirimkan 139 calon kepala daerah dari 296 daerah. Hal itu disebabkan tak ada kesepahaman dari kubu Aburizal Bakrie atau Ical dan kubu Agung Laksono.
Ia juga menyarankan agar dalam waktu dekat Ical dan Agung duduk satu meja, untuk membicarakan musyawarah nasional (Munas). Dasar pelaksanaan Munas itu adalah Putusan Mahkamah Partai Golkar Munas Riau.
"Dasarnya adalah Mahkamah Partai Munas Ancol tapi Munas Riau. Mahkamah memutuskan selambat-lambatnaya 2016 sudah ada munas," tutup Ginandjar. (Ron/Mut)