Liputan6.com, Tangerang Selatan - Rio, teman sejawat almarhum Dionisius Giri Samodra atau Dokter Andra (24), menceritakan masa-masa kritis almarhum sebelum menghembuskan nafas terakhir.
"Saya bertemu Andra di Ambon, saat dia turun dari pesawat. Saat itu, dia sudah mengeluh suhu tubuhnya tinggi," ujar Rio di rumah duka, Jalan Cempaka B6 Nomor 5 Komplek Mahkamah Agung, Pamulang Indah, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel), Jumat (13/11/2015).
Baca Juga
Saat itu Andra masih memaksakan diri untuk terbang dengan menggunakan pesawat kecil menuju Tual selama 2 jam.
"Sesampainya di Tual, kita lanjutkan perjalanan dengan kapal fery selama 12 jam menuju Dobo. Nah, saat itu Andra sudah mulai ngedrop," ujar Rio.
Melihat kondisi Andra tak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan, Rio dan beberapa temannya mengevakuasi Andra menuju rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif. Di rumah sakit inilah diketahui suhu badan Andra sudah 41 derajat celsius, dan sudah dalam keadaan lemah.
"Saat itu diagnosa dokter rumah sakit setempat Andra terserang virus morbili atau campak," kata Rio.
Melihat kondisinya semakin parah, sempat terpikir untuk dievakuasi ke rumah sakit yang berada di kota atau yang beralatannya lengkap. Namun, itu harus menumpang pesawat. Sayang, nyawa Andra tak tertolong di tengah perdebatan moda transportasi apa yang bisa mengevakuasi ke perkotaan.
"Begitu kurang lebihnya, saya bersama Andra satu tim program internship," pungkas Rio. (Ron/Mut)
Advertisement