Sukses

Musim Hujan, Katulampa Kembali Sibuk Setelah Lama 'Tertidur'

Bagi warga Jakarta dan sekitarnya, bendung peninggalan Belanda ini menjadi denyut kehidupan di sepanjang Ciliwung.

Liputan6.com, Bogor - Musim hujan dan Bendung Katulampa. Ada 2 hal yang tidak dapat dipisahkan. Bagi warga Jakarta dan sekitarnya, bendung peninggalan Belanda ini menjadi denyut kehidupan di sepanjang Ciliwung. Sekaligus peringatan dini ibu kota dari kepungan banjir.

Bendung Katulampa kembali menjadi primadona. Namanya kembali disebut-sebut saat musim hujan datang. Selama kemarau, orang tidak banyak menyebut apalagi mengintip aktivitas bendung yang dibangun 16 April 1911 itu.

Bendung yang terletak di Timur Bogor ini menjadi acuan untuk mengetahui kondisi air Sungai Ciliwung. Bila hujan deras mengguyur Jakarta atau Bogor, orang-orang akan melirik dan mencari tahu berapa ketinggian atau debit air Ciliwung.

Apabila debit air di permukaan bendung di atas batas normal, maka air Sungai Ciliwung semakin naik. Dan, siap-siap beberapa wilayah di Jakarta, khususnya yang dilalui Ciliwung, akan disibukkan dengan banjir.

"Fungsinya sekarang sebagai stasiun peringatan dini terhadap luapan air sungai Ciliwung ketimbang untuk mengairi persawahan," kata Pelaksana Bendung Katulampa Andi Sudirman, di sela tugas rutin pemantauan ketinggian air, di Bogor, Jumat (13/11/2015).

Memang, kata Andi, selain untuk pengendalian banjir bendung hasil karya Insinyur Hendrik van Breen ini, didesain untuk mengairi irigasi yang ada di Bogor dan Jakarta. Namun, fungsi tersebut sekarang sudah tidak lagi berlaku.

Bogor saat ini sudah tidak memiliki lagi sawah, sebagai dampak dari pembangunan yang ada di kawasan tersebut. Begitu pula Jakarta yang sawahnya disulap menjadi rimba beton.

Bendung Katulampa (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

"Alhasil, fungsi irigasi atau pengairan pada Bendung Katulampa otomatis tidak lagi berjalan," tutur Andi.

Fungsi peringatan dini banjir Bandung Katulampa menjadi sangat penting. karena mereka yang tinggal di bantaran Ciliwung dapat mempersiapkan diri untuk evakuasi menyelamatkan barang dan keluarga dari banjir.

"Fungsi ini menjadi sangat vital pada musim hujan seperti sekarang ini," kata pria berkacamata ini.

Untuk memantau ketinggian permukaan air, kata Andi, di sebelah Bendung Katulampa terdapat sebuah pos kecil. Apabila permukaan air pada bendung yang selesai dibangun 11 Oktober 1912 ini mencapai level tertentu, maka pos berukuran 5 x 10 meter ini akan segera memberikan peringatan pada pos-pos lain di sepanjang aliran sungai.

Apabila pengumuman kepada masyarakat sudah mencapai Siaga I, warga Jakarta harus bersiap menghadapi banjir yang besar.

Pos Pemantau Bendung Katulampa mencatat, sudah 4 kali permukaan air di Bendung Katulampa mencapai 250 centimeter, yaitu di tahun 1996, 2002, 2007 dan 2010.

"Berdasarkan ketinggian permukaan air, pos ini akan memberikan sinyal yang diketahui masyarakat umum," ujar pria kelahiran 17 Juli 1967 ini.

Bendung Katulampa, meski sudah uzur namun masih menampakkan kekokohannya. Besi dan tiang tembok pintu-pintu bendung masih berfungsi normal. Musim hujan, bendung yang mulai digarap pembangunannya sejak 1889 kembali sibuk. (Dry/Ans)