Liputan6.com, Paris - Ribuan warga Prancis dan turis tampak menikmati Kota Paris yang semarak cahaya lampu, Jumat malam 13 November. Para penggemar sepak bola memadati stadion menyaksikan pertandingan antara Prancis dan Jerman. Sementara, penyuka musik menonton konser band Amerika Serikat, Eagles of Death Metal.
Namun, tiba-tiba horor terjadi. Para teroris -- beberapa membawa senapan AK-47, lainnya dengan bom terlilit di tubuh -- menyerang di sejumlah titik.
Akibatnya sungguh mengerikan. Seperti dikutip dari CNN, Sabtu 14 November, setidaknya 153 orang meninggal dunia. Korban terbanyak berasal dari gedung konser Bataclan, lebih dari 112 orang. Sumber lain menyebut 158 orang meninggal dunia akibat serangan ini.
Penyiar radio Prancis, Julien Pearce yang kala itu berada di Bataclan mengungkapkan, 2 pria berbaju hitam menembakkan senjata. Saat mereka yang terluka berjatuhan, para pelaku menembakkan kembali peluru ke arah korban.
"Keduanya tak mengenakan masker dan tak mengatakan apa pun," kata Pearce.
Penembakan terjadi sekitar 10-15 menit, membuat kerumunan dalam lokasi konser yang tak seberapa besar, panik dan berlarian.
Pearce berhasil lolos. Saat melarikan diri, ekor matanya menyaksikan 20-25 jasad yang tergeletak.
Atas serangan ini, Presiden Prancis Francois Hollande menyatakan negaranya dalam kondisi darurat selama 3 hari. Ia memerintahkan pejabat berwenang untuk menutup perbatasan.
Advertisement
"Teroris yang tega melakukan kekejaman ini harus tahu, mereka menghadapi Prancis yang penuh tekad dan bersatu."
Hollande yang tengah menyaksikan pertandingan sepakbola di Stade de France mengatakan, rakyat Prancis harus memahami bagaimana mempertahankan diri, memobilisasi kekuatan, dan tahu cara untuk mengatasi para teroris.
Hollande langsung menggelar rapat kabinet darurat pasca-teror yang terjadi di pusat Kota Paris.
Sebelumnya, Hollande dilaporkan menuju klub malam Bataclan yang terletak di dekat kantor majalah Charlie Hebdo. Kantor majalah itu sebelumnya juga telah mendapat serangan dari ekstrimis Islam pada Januari lalu.
Karena adanya kejadian ini, Hollande membatalkan penerbangannya ke Turki untuk menghadiri pertemuan G20.
Setelah insiden mengerikan ini, pihak berwenang memperingatkan agar orang-orang tetap berada di dalam ruangan. Â
Kepolisian setempat menyatakan, telah berhasil membunuh semua pelaku teror.
"Semua penyerang tewas, kata polisi, setelah aksi penembakan dan ledakan yang membunuh setidaknya 150 orang di Paris," begitu laporan terakhir seperti dikutip The Guardian, Sabtu 14 November.
Media Prancis sebelumnya menyebutkan, saat ini 8 orang teroris tewas. Berdasarkan sumber media itu, 4 orang dikabarkan tewas di Bataclan, 3 di Stade de France, dan 1 orang teroris tewas di Boulevard Voltaire.
Namun, media itu juga mengatakan, informasi ini belum dikonfirmasi secara resmi dari pihak kepolisian Paris.
Sebab sebelumnya, kejaksaan mengatakan, 5 orang teroris tewas setelah dilumpuhkan polisi. Namun, situasi terus berkembang.
Diduga ISIS
Presiden Prancis Francois Hollande menyatakan, aksi teror di Paris membuat wilayahnya menjadi horor. Dia meyakini serangan tersebut dilakukan oleh kelompok militan ISIS.
"Serangan hampir bersamaan di Paris yang menewaskan sedikitnya 127 orang itu merupakan tindakan perang yang dilakukan oleh kelompok militan ISIS," kata Hollande yang dikutip BBC, Sabtu 14 November.
Hollande menambahkan, serangan yang dilakukan 8 orang bersenjata dan bomber bunuh diri dilakukan secara terorganisir dan rencana yang luar biasa.
"Target serangan termasuk bar, restoran, konser, dan pertandingan sepak bola. ISIS mengaku serangan itu," ujar dia.
"Kita harus memastikan tidak ada yang datang untuk melakukan tindakan apa pun dan pada saat yang sama memastikan bahwa mereka yang telah melakukan kejahatan-kejahatan ini harus ditangkap jika mereka mencoba untuk meninggalkan negara itu," dia menegaskan.
Hollande mengatakan, ia telah meminta bala bantuan militer di Paris untuk memastikan tidak akan ada serangan lagi yang terjadi.
Saksi mata kepada stasiun TV Prancis BFMTV mengatakan, orang-orang bersenjata yang menyerang Bataclan berteriak, "Ini untuk Suriah!" sebelum melepaskan tembakan.
Seorang saksi bernama Anna yang tinggal dekat Bataclan mengatakan mereka mendengar tembakan. Dengan suara gemetar dia mengatakan kepada BFMTV,
"Kami melihat orang-orang berjalan dan orang-orang dengan senjata. Seluruh daerah tertutup. Kami tidak tahu apa yang terjadi di sini. Oh my God, ada mayat. Ini mengerikan," ujarnya seperti dilansir The Guardian, Sabtu 14 November.
Kelompok ISISÂ mengaku bertanggung jawab terkait serangan yang menewaskan sekitar 150 orang di Paris, Prancis pada Jumat 13 November malam waktu setempat.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu 14 November, kelompok teroris itu menyatakan telah mengirim 'pejuangnya', yang diikat dengan sabuk bom bunuh diri dan membawa senapan mesin ke berbagai lokasi di jantung ibukota Prancis.
Serangan itu, kata kelompok ekstrem ini, dirancang untuk menunjukkan Prancis akan tetap menjadi target utama untuk kelompok 'jihad', selama negara ini terus menentang kebijakan mereka.
ISIS sebelumnya mendistribusikan video yang berisi ancaman untuk menyerang Prancis, jika melancarkan serangan kepada pejuangnya.
Melalui media, Al-Hayat Media Centre, kelompok ISIS membuat ancaman melalui beberapa militannya yang menyerukan umat Islam Prancis untuk melakukan serangan.
"Selama Anda tetap membom, Anda tidak akan hidup dalam damai. Anda bahkan akan takut bepergian ke pasar," kata salah satu militan, yang diidentifikasi sebagai Abu Maryam Prancis.
Lokasi militan ISIS dalam video tersebut tidak jelas dan sulit menentukan kapan video tersebut difilmkan, tapi pesan yang disampaikan sangat jelas.
Para militan yang tampaknya warga Prancis itu, duduk bersila secara berkelompok. Mereka mengenakan seragam dan memegang senjata di sebuah daerah seperti hutan.
"Memang Anda telah diperintahkan untuk memerangi orang kafir di mana pun Anda menemukannya --apa yang Anda tunggu, ada senjata dan mobil tersedia dan target siap untuk memukul," kata Abu Maryam.
Militan lain, diidentifikasi sebagai Abu Salman Prancis, mengatakan: "Bahkan racun tersedia, sehingga meracuni air dan makanan dari setidaknya satu dari musuh-musuh Allah."
"Teror mereka dan tidak memungkinkan mereka untuk tidur karena takut dan ngeri," tambah dia.
Serangan di ibu kota Prancis terjadi pada hari yang sama saat pihak Amerika Serikat mengumumkan serangan mereka telah menewaskan dedengkot ISIS, Jihadi John, yang dikenal sebagai militan kelahiran Inggris. Jihadi John dikenal sebagai salah satu juru jagal ISIS.
Serangan kali ini juga terjadi 11 bulan setelah sekelompok pria membunuh 17 orang di seantero Prancis, yang diawali dengan serangan di kantor majalah satir Charlie Hebdo.
Band Eagles of Death Metal yang sedang beraksi saat serangan di Bataclan terjadi mengatakan semua anggotanya selamat.
Seperti dikutip dari People, Sabtu (14/11/2015), salah satu saksi mata mengatakan para penyerang bersenjatakan senapan Kalashnikov memberondongkan peluru secara membabi buta ke arah kerumunan orang di lokasi konser.
Dunia mengecam
Dunia mengutuk serangan ini. Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan, tak ingin berspekulasi tentang siapa yang melakukan serangan. Namun dia mengatakan Amerika siap membantu mengungkap pelaku teror ini.
"Serangan ini sebuah upaya yang sangat keterlaluan untuk meneror warga sipil tak berdosa," tegas Obama seperti dikutip The Guardian, Sabtu 14 November.
"Mereka yang berpikir mereka bisa meneror Prancis atau nilai-nilai, mereka salah," ujar Obama.
Dia juga mengatakan Amerika akan melakukan apa pun untuk membawa teroris ke pengadilan. Namun begitu, Obama mengatakan belum menghubungi Presiden Prancis Francois Hollande terkait serangan ini.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon turut mengutuk serangan teroris di Kota Paris, yang disebutnya keji.
"Dia menuntut pembebasan segera individu yang banyak dilaporkan sedang disandera di Teater Bataclan," kata juru bicara Ban dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters, Sabtu 14 November.
Di lain pihak, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, ia sangat terguncang oleh serangkaian serangan di Paris.
"Saya sangat terguncang oleh berita dan gambar dari Paris. Pikiran saya di jam ini dengan korban apa yang tampaknya menjadi serangan teroris serta dengan keluarga mereka dan semua orang di Paris," kata Merkel dalam sebuah pernyataan.
"Pemerintah Jerman dalam kontak dengan pemerintah Prancis. Pesan simpati dan solidaritas dari rakyat Jerman telah diteruskan," ucap Merkel.
Sedangkan Sekjen NATO Stoltenberg mengatakan aliansinya akan berdiri dengan Prancis. "Terorisme tidak akan pernah mengalahkan demokrasi,"ia menegaskan.
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan, rangkaian serangan yang terjadi di Paris, Prancis khas dilakukan oleh ISIS.
"Tampaknya memiliki semua ciri khas dari Daesh," kata Turnbull seperti dikutip The Guardian, Sabtu (14/11/2015).
Australia menggunakan kata Daesh untuk menyebut ISIS.
Selain itu, Turnbull juga memuji para penonton sepakbola di Stadion Stade de France, Paris yang mengumandangkan lagu kebangsaan 'La Marseillaise'.
"Kebebasan berdiri sendiri... dalam menghadapi terorisme," ujar Turnbull.
Menurut dia, saat ini memang belum diketahui siapa yang melakukan aksi terorisme itu. Sehingga spekulasipun masih terus terjadi. "Apa yang kita ketahui pada saat ini pasti akan berubah," ujar dia.
Turnbull mengatakan, "Para teroris membunuh dalam nama Tuhan, tetapi mereka adalah pekerjaan setan".
Indonesia Mengutuk Keras
Presiden Joko Widodo mengutuk keras serangkaian aksi teror yang terjadi di pusat Kota Paris, Prancis, pada Jumat, 13 November 2015 malam waktu setempat.
"Pemerintah dan bangsa Indonesia mengutuk keras serangan teror di Paris," kata Jokowi di Halim Perdanakusuma, Jakarta, sebelum bertolak ke Turki, Sabtu 14 November.
Menurut dia, serangan teroris yang menewaskan setidaknya 158 orang itu tak bisa ditoleransi. "Indonesia mengajak dunia internasional memerangi terorisme," ujar Jokowi.
Dia juga menyampaikan duka yang mendalam kepada pemerintah Prancis atas musibah yang baru saja terjadi.
"Kita menyampaikan duka mendalam atas musibah yang menimpa di Prancis," ujar Jokowi.
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Lalu Muhamad Iqbal mengatakan sampai saat ini belum ada laporan perihal warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban serangan teror di Kota Paris, Prancis.
"Sejauh ini tidak ada laporan korban WNI," ujar Lalu kepada Liputan6.com, Sabtu 12 November.
Lalu mengungkapkan dirinya juga masih menunggu laporan terbaru dari Prancis karena ada beberapa WNI yang berada di sekitar tempat kejadian sedang menonton pertandingan antara Jerman melawan Prancis di Stadion Stade de France.
"Benar ada beberapa WNI yang sedang nonton bola, tapi kita belum pastikan ada berapa orang," ujar Lalu.
Kedutaan Besar RI di Paris meminta WNI yang berada di kota itu untuk meningkatkan kewaspadaan.
Pada siaran persnya, Sabtu 14 November, kedutaan juga meminta WNI, terutama yang berada di sekitar Paris, untuk berhati-hati saat berada di tempat umum dan keramaian.
Kemudian WNI yang berada di wilayah yang berdekatan di Prancis diharapkan dapat saling memonitor keberadaan dan keamanan bersama, sementara orangtua diminta agar selalu mengawasi keberadaan anak-anaknya.
KBRI juga meminta agar WNI mematuhi ketetapan Pemerintah Prancis terkait keadaan darurat dan penutupan perbatasan.
Jika ada keadaan darurat, KBRI meminta WNI untuk menghubungi mereka melalui telepon: +33(0)145030760 (fixed line) dan +33(0)621122109 (mobile). WNI dapat mengakses telepon itu selama 24 jam. (Ron/Ado)