Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan Anies Baswedan menyorot tajam penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal ini timbul usai munculnya LKS kontroversial di Malang, Jawa Timur.
Inisiator Gerakan Indonesia Mengajar itu mengatakan siap meninjau penggunaan LKS, buku kerja siswa atau semacamnya. Penggunaan LKS dinilainya menambah beban kerja siswa.
"Karena itu, kita sudah bilang apakah perlu kertas kerja (karena) nambah beban saja untuk anak-anak," ucap Anies di kantornya di Jakarta, Senin (16/11/2015).
Sebelumnya, sebuah LKS di Malang berjudul Insan Bermartabat mengebohkan dunia pendidikan di Tanah Air. Pada halaman 34 yang berisi rangkuman wawasan, terdapat kata-kata tertulis yang seolah mendukung seorang ibu menjadi pekerja seks komersial.
Baca Juga
LKS tersebut merupakan hasil rancangan bersama guru Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) se-Kota Malang dan diproduksi menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk proses percetakan.
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)Â Kota Malang ialah salah satu sekolah yang memperoleh jatah seratusan buku tersebut. Menurut pihak sekolah, buku itu belum sempat dibagikan. Namun, pihak sekolah akan tetap membagikan buku ini kepada siswa kelas 5 SD setelah dikoreksi.
"Kalau di sini tadi (bukunya) dari K3S. Tadi di-share di WhatsApp, sekolah supaya antisipasi kalau di halaman ini (halaman 34) ada kata-kata seperti ini. Langkah yang dilakukan sekolah ya itu tadi, di-tip-ex (hapus) terus diganti kalimatnya. Enggak ada penarikan buku," ucap Kepala SDIT Ahmad Yani Mutini. (Din/Mut)
Advertisement