Sukses

Namanya Dicatut, Luhut Enggan Polisikan SN

Luhut mengaku sama sekali tidak merasa dirugikan dengan pencatutan namanya itu.

Liputan6.com, Jakarta - Nama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan dicatut dalam obrolan terkait masa depan PT Freeport. Obrolan itu dilakukan oleh politikus di parlemen berinisial SN. Belakangan, SN disebut-sebut sebagai Ketua DPR Setya Novanto.

Meski namanya dicatut dalam upaya mempercepat negosiasi kontrak PT Freeport, Luhut tidak berniat membawa kasus tersebut ke ranah hukum. Luhut juga ogah melaporkan SN ke polisi dalam hal pencemaran nama baik.

"Saya sama sekali tidak ada keinginan agar kasus (pencatutan nama) ini diperpanjang. Kami tidak ada waktu untuk membawa ini ke ranah hukum," ujar Luhut di Gedung Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (19/11/2015).

Dengan nada santai dan tenang, Luhut mengaku sama sekali tidak merasa dirugikan dengan pencatutan namanya itu. "Saya merasa tak dirugikan tuh dengan adanya pertemuan ketiga orang itu," tutur dia.

Kendati demikian, Luhut menegaskan bahwa dirinya sama sekali tidak pernah terlibat dengan upaya mempercepat negosiasi kontrak PT Freeport. Dirinya sudah bertekad tidak akan mengambil keuntungan sepeser pun dari jabatan yang ia emban di pemerintahan.

"Mengenai saya sendiri, saya tidak pernah terlibat dengan urusan-urusan itu. Saya sudah selesai dengan diri saya.‎ Dan saya sudah janji sama istri, selama saya menjabat menteri saya tidak akan melacurkan profesi saya," jelas Luhut.

Luhut pun menegaskan, bahwa dia tidak setuju ada negosiasi atau membicarakan masalah saham sebelum kontrak Freeport itu habis.

Dalam 3 lembar transkrip pembicaraan yang diterima Liputan6.com, Senin 16 November 2015 tengah malam lalu, terungkap adanya pembahasan antara SN, MS dan R tentang masa depan Freeport dan PLTA.

Tak hanya itu, nama Menko Polhukam Luhut Pandjaitan disebut sebagai salah satu kunci keberhasilan lobi Freeport dengan pemerintah.

Berikut cuplikan transkrip pembicaraan tersebut:

SN: Jadi kalau pembicaraan Pak Luhut dan Jim di Santiago, 4 tahun yang lampau itu, dari 30% itu 10% dibayar pakai deviden.... Ini menjadi perdebatan sehingga mengganggu konstalasi....Ini begitu masalah cawe-cawe itu presiden ngga suka, Pak Luhut dikerjain kan begitu kan...Nah sekarang kita tahu kondisinya...Saya yakin juga karena presiden kasih kode begitu berkali-kali segala urusan yang kita titipkan ke presiden selalu kita bertiga, saya, pak Luhut, dan Presiden setuju sudah.

Saya ketemu presiden cocok. Artinya dilindungi keberhasilan semua ya. Tapi belum tentu kita dikuasai menteri-menteri Pak yang begini-begini.

R: Freeport jalan, bapak itu happy, kita ikut happy. Kumpul-kumpul/kita golf, kita beli private jet yang bagus dan representatif.

MS: Tapi saya yakin Pak, Freeport pasti jalan.

SN: Jadi kita harus banyak akal. Kita harus jeli, kuncinya ada pada Pak Luhut dan saya.

MS: Terima kasih waktunya pak.

Pengakuan Setya

Setya Novanto mengakui transkrip yang beredar itu adalah percakapan antara dia dan bos Freeport. Namun, transkrip tersebut tidak utuh.

"Saya membenarkan ada transkrip yang beredar yang tentu tidak utuh," kata Setya di kediamannya, Jakarta, Rabu (18/11/2015).

Oleh karena itu, dia menyayangkan beredarnya transkrip percakapan itu. Sebab, ketika transkrip itu utuh, maka akan terlihat pertemuannya dengan Freeport memiliki tujuan yang baik.

"Makanya saya agak menyayangkan itu. Pembicaraan saya itu tujuannya baik, namun yang saya lihat tidak tahu ya, saya juga belum lihat rekamannya," kata Setya. (Nil/Mut)