Sukses

Hantam Mahasiswi LIPIA hingga Tewas, PT Transjakarta Angkat Suara

Sopir bus Transjakarta sebenarnya telah ‎menginjak rem sambil membunyikan klakson saat melihat ada 2 pejalan kaki hendak menyeberang.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Steve N Kosasih‎ angkat suara soal kecelakaan yang melibatkan armadanya di Jalan Warung Jati Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dalam kecelakaan itu, seorang mahasiswi Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) bernama Annisa Sholihah (22) tewas tertabrak bus tersebut saat menyeberang.

Antonius mengatakan, saat bus yang dioperasikan PT Jakarta Trans Metropolitan (JTM) itu melaju dari arah Ragunan, terdapat 2 orang yang hendak menyeberang di depan Kampus LIPIA. Ia bahkan menduga penyeberang itu tidak menyeberang di zebra cross.

"Menurut laporan dan foto di lapangan, mereka menyeberang tidak di zebra cross atau tempat penyeberangan yang benar," ucap Antonius saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (20/11/2015).

Pengemudi bus Transjakarta baru berwarna biru itu, imbuh Antonius, sebenarnya telah ‎menginjak rem sambil membunyikan klakson saat melihat ada 2 pejalan kaki hendak menyeberang. Namun, salah satu pejalan kaki tetap masuk ke jalur Transjakarta hingga tertabrak bus dengan nomor bodi JTM 064 itu.

"Karena diklakson, 1 penyeberang berhenti dan yang 1 lagi tetap melompati separator. Mungkin karena korban tidak bisa menghentikan langkahnya, sehingga terus melangkah ke tengah jalur busway," tutur dia.

Kecepatan Bus Normal

Antonius menjelaskan, bus yang dikendarai Sigit Hartoyo Darmawan (39) itu berjalan dengan kecepatan normal, di bawah 50 kilometer per jam. Ia juga memastikan rem berfungsi dengan baik. Apalagi armada tersebut masih baru.

"Karena selalu ada jarak beberapa meter antara menginjak rem dan bus benar-benar berhenti. Makanya penyeberang tersebut tetap tertabrak oleh bus JTM 064 meskipun sudah menginjak rem," papar Antonius.

2 dari 2 halaman

Ada Celah Separator

Antonius tetap yakin bahwa mahasiswi semester 3 LIPIA itu menyeberang tidak pada tempatnya. Sebab, menerobos jalur hijau busway untuk menyeberang.‎ Ia bahkan menuding celah pada separator busway sengaja dibikin warga untuk menyeberang.

"Sebenarnya ada pagar pembatas di jalur hijau tengah. Tetapi nampaknya ada celah yang dibuat oleh orang-orang yang menyeberang," ucap dia.

Fakta di lapangan, celah tersebut dibuat sangat rapi. Tidak terlihat bekas separator atau pagar pembatas jalan ‎yang sengaja dirusak warga untuk menyeberang. Bahkan celah tersebut tepat berada di zebra cross yang menghubungkan Kampus LIPIA dengan Mal Pejaten Village di seberangnya. Namun garis itu mulai memudar.

Tunggu Penyelidikan Polisi

Kendati begitu, menurut Antonius, pihak Transjakarta tetap menunggu hasil penyelidikan polisi. Ia juga bersedia memfasilitasi dialog antara PT JTM dan keluarga korban.

"Kami sedang menyelidiki hal tersebut dan siap memfasilitasi apabila dibutuhkan penyidikan kepolisian, atau antara operator dengan keluarga penyeberang yang tertabrak," tutur Antonius.

Antonius mengimbau agar para pejalan kaki lebih berhati-hati saat menyeberang. Dia juga sangat setuju dengan pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di lokasi tersebut. Apalagi kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pejalan kaki kerap terjadi di lokasi itu.

"Kami sangat setuju di sana dibangun JPO. ‎Apalagi nanti akan semakin banyak bus beroperasi di koridor VI itu," ungkap dia.

Turut Belasungkawa

Mewakili PT Transjakarta, Antonius menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya atas musibah yang menimpa Annisa. Pihaknya melalui operator JTM akan bertanggung jawab, terlebih jika terbukti kecelakaan terjadi akibat kelalaian pengemudi.

"Kami juga turut berduka atas musibah yang menimpa korban. Operator JTM harus bertanggung jawab penuh apabila ini adalah benar kesalahan pengemudi," pungkas dia. (Ans/Sun)