Sukses

Penyerangan Hotel Radisson di Mali Tewaskan 22 Orang

Korban tewas di antaranya berasal dari China.

Liputan6.com, Bamako - Kelompok bersenjata berhasil merangsek masuk dan mengepung hotel Radisson di Bamako, Mali. Mereka yang memegang senjata semiotomatis menyandera 170 orang. Para sandera terdiri dari 140 tamu hotel dan 30 pegawai. Penyanderaan tersebut telah menelan korban jiwa.

"Tiga warga China tewas dalam situasi penyanderaan di sebuah hotel di ibukota Mali Bamako," demikian pernyataan Kedutaan Besar China yang dikutip Xinhua, Sabtu (21/11/2015).

Selain itu, empat warga China lainnya diselamatkan dari Radisson Blue Hotel di Bamako. Menurut Wang Yi, konselor politik Kedutaan Besar Cina di Mali, para korban selamat itu kini dalam kondisi stabil.

Setidaknya 22 orang tewas setelah pasukan Mali menggelar misi penyelamatan pembebasan sandera diselenggarakan oleh kelompok bersenjata di hotel mewah di Bamako.

"Tidak ada lagi sandera di Radisson Blue Hotel," kata menteri keamanan Salif Traore.

Sumber-sumber keamanan menyebut ada 2 penyerang tewas. Namun begitu, belum diketahui identitas penyerang tersebut. 

Penyelamatan sandera oleh pasukan khusus Mali mendapat dukungan dari MINUSMA, misi penjaga perdamaian PBB di Mali, AS dan pasukan Prancis.

Kelompok jihad Al-Murabitoun berbasis di Mali utara telah mengaku bertanggung jawab atas serangan hotel tersebut.

Kelompok ini juga bertanggung jawab untuk serangan penembakan di sebuah restoran terkenal dengan orang asing di Bamako pada 7 Maret 2015, yang menewaskan 5 orang dan melukai 9 orang lainnya.

Setelah kudeta militer melanda negara itu pada 2012, sekelompok teroris mengambil alih utara Mali. Militer Prancis sempat mengintervensi pada awal 2013. Kekuatan kelompok itu segera menyebar hampir ke seluruh negara bekas jajahan Prancis itu.

Pada Maret 2015, pria bersenjata menyerbu restoran di Bamako dan menewaskan 5 orang.

Kejadian serupa terjadi pada Agustus lalu. Kelompok radikal menewaskan 13 orang, termasuk 5 pekerja PBB saat menyerang ke hotel di tengah Kota Sevare. Saat itu sekitar 1.000 tentara Prancis masih bermarkas di Mali. (Ali/Dry)