Sukses

Dapat Gelar Adat, Kapolri Diberi Keris Emas dan Tari Sakral

Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti kini bergelar 'Andi Temmu Padang Petta Tikke'.

Liputan6.com, Makassar - Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mendapat gelar kehormatan dari Kerajaan Bone, Sulawesi Selatan. Jenderal berkumis itu kini bergelar 'Andi Temmu Padang Petta Tikke'.

Pemberian gelar adat ini merupakan bentuk apresiasi terhadap Badrodin yang dinilai dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Seperti diungkapkan Ketua Dewan Adat Kerajaan Bone Andi Baso Ahmad.

"Gelar yang diberikan tersebut memiliki arti tangguh dan selalu waspada dalam menjalankan tugas di lapangan," kata Andi Baso Ahmad usai memberikan gelar adat di Four Points Seraton Hotel Makassar, Sulsel, Selasa (24/11/2015).

Selain gelar adat, Badrodin juga menerima keris pusaka Kerajaan Bone yang terbuat dari emas. Tak ketinggalan bendera kerajaan bersulam benang emas serta songko to Bone yang merupakan topi adat kerajaan.

Sejumlah tarian adat sakral kerajaan dipertunjukkan dalam acara penganugerahan gelar tersebut. Di antaranya tari Paduppa dan tari Ma'giri yang dimainkan para kalangan waria terpilih yang dinamakan Bissu.

Tarian khas yang dimainkan para Bissu tersebut merupakan tarian sakral yang hanya dipersembahkan dalam acara acara sakral pula, di antaranya pelantikan Raja Bone dan keturunannya.

2 dari 2 halaman

Waria Terpilih

Kekhasan tari ini yakni menari menggunakan keris pusaka yang kemudian ditusukan pada beberapa bagian tubuh, seperti leher dan dahi tanpa bekas atau luka.

Seperti diceritakan seorang pimpinan Bissu dari Kabupaten Bone yang bergelar Puang Lolo, Angel Sampawelori.  

"Sebelum memainkan tari sakral ini, kami para Bissu menggelar ritual mandi kembang yang merupakan syarat wajib sebelum main atau menari tari ma'giri," cerita Angel kepada Liputan.com.

"Tak hanya kami yang ritual mandi kembang, keris pusaka yang akan digunakan juga dimandikan dengan bunga agar semua hajatan diberkahi oleh Sang Pencipta," imbuh dia.

Selain ritual mandi kembang, tutur dia, para Bissu juga mengadakan ritual ma'gere sapi. Pada ritual itu, kepala sapi tersebut akan dipersembahkan kepada sang pencipta dan sesepuh adat pendahulu yang telah tiada.

Ia mengungkapkan, tidak semua kalangan waria dapat masuk dalam kelompok Bissu. "Bissu merupakan waria terpilih melalui proses adat dan disetujui oleh pemangku adat, tokoh agama, masyarakat dan pemerintah," ucap Puang Lolo.

Di Sulsel sendiri, tutur dia, Bissu hanya ada 3 kelompok.

Sementara Badrodin mengapresiasi pemberian gelar ini sebagai pemacu untuk bisa menyelesaikan setiap tantangan ke depannya. Dari mulai masalah konflik sosial, terorisme, radikalisme, hingga pilkada serentak.

"Sikap waspada yang melekat di gelar ini adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh aparat kepolisian. Bila polisi kehilangan kewaspadaannya maka tidak ada bedanya dengan masyarakat biasa, satpam atau hansip," pungkas Badrodin. (Ndy/Sun)

Video Terkini