Sukses

Perkenalkan, Etyk Guru Berprestasi 2015

Perempuan yang berkarier sebagai guru sejak 2005 ini, juga tercatat sebagai kepala sekolah termuda di Indonesia tingkat Madrasah Tsanawiyah.

Liputan6.com, Bantul - Usianya memang baru menginjak 35 tahun, tapi jangan remehkan prestasinya. Etyk Nurhayati berhasil menjadi Guru Berprestasi 2015 tingkat nasional yang diselenggarakan Kementerian Agama (Kemenag).

Etyk menuturkan, penetapan dirinya sebagai guru teladan melalui seleksi ketat. Tahapan seleksi dimulai dari tingkat kabupaten dan berhasil lolos. Di tingkat provinsi, kompetensinya kembali diuji melalui penilaian portofolio dan presentasi karya ilmiah.

"Waktu di MTs (Madrasah Tsanawiyah) Sleman Kota, setiap April ada seleksi tingkat madrasah diajukan ke kabupaten. (Saya) Juara 1. Lalu, tingkat provinsi ada 2 penilaian portofolio dan presentasi karya ilmiah di depan dewan juri," kata Etyk saat ditemui di tempat mengajarnya MTs Negeri Piyungan, Bantul, Rabu (25/11/2015).

Atas prestasi itu, Etyk maju menjadi wakil Provinsi DI Yogyakarta di Jakarta. Ibu 3 anak itu kemudian dikarantina selama 3 hari di Ibu Kota dan menjalani tes kemampuan dasar dan bahasa.

 



Ia juga diminta untuk menerangkan hasil penelitiannya tentang upaya meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang sisi datar dengan menggunakan metode pembelajaran problem-based instruction pada siswa kelas VIII MTsN Sleman Kota. Pada 17 Oktober 2015, ia ditetapkan sebagai guru berprestasi dan teladan.

"Di Jakarta diambil lima besar. Portofolio saya peringkat 1 dari 33 provinsi," ujar perempuan yang pernah meraih UNY Award 2013 itu.

Sebelum itu, Etyk diangkat sebagai kepala sekolah pada 9 September lalu. Jabatan itu didapatkannya setelah melalui serangkaian tes di Kemenag. Saat itu, tutur Ety, ia termasuk dalam 4 guru yang lolos verifikasi dari total 40 guru yang ikut tes kepala sekolah.

"Pengangkatan kepala sekolah sekarang harus atas assesment. Nah, saya ikut tes uji kompetensi pada 22 agustus lalu. Ada 40 orang se-DIY, yang lulus 4 orang. Tesnya tertulis dan wawancara. Banyak yang gugur karena administrasi," terang dia.

Walau menjabat kepala sekolah, Etyk tidak berhenti mengajar matematika untuk siswanya. Mata pelajaran yang dianggap sebagai momok bagi banyak siswa dibuatnya lebih menyenangkan agar mereka mudah memahami materi. Ia juga membuka pintu rumahnya setiap hari Minggu bagi siswa yang belum memahami pelajaran itu secara gratis.

"Bagi siswa yang kurang paham bisa datang ke rumah. Setiap Minggu, ada kelas gratis bagi 16 siswa," ungkap dia.

Wisudawan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) terbaik 2012 itu mengaku senang mengajar sejak kecil. Hampir seluruh keluarganya adalah pendidik. Tidak mengherankan, jika sejak kecil ia terbiasa dilibatkan mengajar mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Taman Pendidikan Alquran.

"Keluarga guru. Kakak saya guru. Di rumah kan (dibuka) taman kanak-kanak. Jadi kalau ibu enggak ngajar, saya yang ngajar. Senang mengajar seperti TPA sampai sekarang," tutup Etyk. (Din/Sun)*

Video Terkini